TRIBUNNEWS.COM - Sejak awal mencalonkan diri sebagai Presiden AS, Donald Trump konsisten menyuarakan sikap anti-imigran.
Salah satu rencana kebijakannya yang mengundang kontroversi adalah menolak pengungsi dari Iran, Irak, Libya, dan Suriah.
Trump juga berencana membangun dinding pembatas dengan Meksiko, serta memperketat izin visa kerja profesional bagi warga negara asing.
Setelah sepekan resmi menjabat, Trump telah menandatangani perintah untuk segera menjalankan rencana-rencana kebijakannya tersebut. Hal ini mengusik CEO Facebook, Mark Zuckerberg.
Melalui sebuah tulisan panjang yang di-posting di akun Facebook personalnya, Zuckerberg curhat dengan terang-terangan mengkritik kebijakan anti-imigran Trump.
Ia mula-mula menyebut bahwa keluarganya datang dari Jerman, Austria, dan Polandia.
Selain itu, istrinya dikenal sebagai keturunan China. Ayah dan ibu sang istri tak lain adalah pengungsi dari China dan Vietnam.
"Amerika adalah bangsa imigran, dan kita harus bangga akan itu," kata Zuckerberg, sebagaimana dihimpun , Sabtu (28/1/2017).
Zuckerberg mengaku prihatin dengan kebijakan anti-imigran yang telah ditandatangani Trump.
Menurut dia, menghadang imigran tak bakal membuat negara makin aman.
Semestinya pemerintah lebih fokus meredam pergolakan yang terjadi di kancah global. Pasalnya, membeludaknya imigran adalah dampak dari masalah yang terjadi di negara asal para imigran.
"Kita harus tetap membuka pintu untuk para pengungsi dan mereka yang butuh pertolongan. Itulah jati diri kita," Zuckerberg menuturkan.
Zuckerberg bisa dibilang sebagai satu-satunya pemimpin industri teknologi yang lantang menyuarakan ketidaksetujuannya atas kebijakan Trump setelah menjabat Presiden AS.
Rekan-rekannya yang lain cenderung menolak Trump di awal, tetapi kemudian mendekat ketika Trump resmi terpilih sebagai Presiden ke-45 AS.
Hal tersebut bisa jadi untuk menjamin keamanan bisnis mereka.
(Fatimah Kartini Bohang/kompas.com)