TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelombang serangan siber yang telah melanda 150 negara sejak Jumat (12/05) lalu dipicu oleh ulah pemerintah sehingga serangan itu harus diperlakukan sebagai 'seruan bangun tidur', kata Microsoft.
Perusahaan raksasa teknologi informasi itu mengeluarkan pernyataan yang mengkritik cara sejumlah pemerintah, termasuk Amerika Serikat, dalam menangani informasi mengenai kecacatan pada keamanan sistem komputer.
Sejumlah peretas ditengarai memanfaatkan kerentanan pada sistem keamanan operasional Microsoft setelah mendapatkan bocoran informasi dari intelijen AS.
"Kami telah melihat kerentanan yang disimpan CIA (badan intelijen AS) muncul di WikiLeaks dan kini (informasi) kerentanan itu dicuri dari NSA (badan intelijen AS) dan berdampak pada pelanggan di seluruh dunia. Jika skenarionya disamakan dengan senjata konvensional, ini sama saja rudal-rudal Tomahawk milik AS dicuri," sebut Microsoft.
"Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia harus memperlakukan serangan ini sebagai seruan bangun tidur," tambahnya.
KPU Sabu Raijua Klarifikasi Dokumen Krisman Riwu Kore yang Tersebar di Media Sosial - Pos-kupang.com
Berita Populer
-
-
ICANN Terbitkan LGR, Aksara Bali Bakal Jadi Identitas Digital Global
-
MSI Memimpin Revolusi AI PC, Inilah Alasannya!
-
Kode Redeem Free Fire yang Masih Aktif, 29 November 2024, Klaim di reward.ff.garena.com
-
Australia Larang Anak Usia di Bawah 16 Tahun Akses TikTok hingga Instagram
-
Miliki Fitur Menarik, LG Luncurkan 2 Kulkas Premium Kapasitas Besar dan Auto Ice Maker System
Berita Terkini
-
Rekomendasi HP iPhone, Lengkap dengan Spesifikasi dan Harga Terbarunya
-
ICANN Terbitkan LGR, Aksara Bali Bakal Jadi Identitas Digital Global
-
MSI Memimpin Revolusi AI PC, Inilah Alasannya!
-
Kode Redeem Free Fire yang Masih Aktif, 29 November 2024, Klaim di reward.ff.garena.com
-
Australia Larang Anak Usia di Bawah 16 Tahun Akses TikTok hingga Instagram