News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Laporan dari Shenzhen

Belajar Bahasa Mandarin Itu Mengasyikkan, Beda Pengucapan Beda Maknanya

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Delegasi 10 mahasiswa Indonesia dari 7 perguruan tinggi negeri peserta program Huawei Seeds for the Future 2017 berpose di depan KBRI Tiongkok di Beijing.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  "Belajar Bahasa Tiongkok itu mengasyikkan. Tantangannya itu, masing-masing kata maknanya bisa bermacam-macam. Tergantung penekanan pengucapannya," kalimat itu meluncur dari bibir Sabrina Chairunnisa, mahasiswi Teknik Elektro, Telkom University, tentang pengalaman yang didapatnya selama sekitar sepekan mengikuti workshop Bahasa Mandarin di Beijing Language and Culture University (BLCU). 

Sabrina adalah satu dari 10 mahasiwa Indonesia dari 7 perguruan tinggi negeri yang mengikuti program Seeds for the Future di Tiongkok bersama Huawei Indonesia.

Program ini berlangsung dua pekan. Selama satu pekan pertama Sabrina dan kawan-kawan berada di Kota Beijing, mendalami budaya, seni dan tradisi Tiongkok, termasuk belajar mengenal Bahasa Mandarin di sana.

Sepekan selebihnya, mereka bergeser ke Shenzhen, mengikuti aneka kegiatan seputar dunia teknologi informasi di kantor pusat Huawei Technologies di kota tersebut.

Mahasiswa Indonesia peserta program Huawei Seeds for The Future 2017 belajar Bahasa Mandarin di Beijing Language and Culture University (BLCU) di Kota Beijing.

Sabrina menuturkan, selama mempelajari bahasa Mandarin, pihaknya tidak hanyak belajar percakapan lisan, tapi juga tulis.

Di akhir program dia dan teman-temannya, termasuk puluhan peserta lain dari Turki, Austria dan Burkina Faso, menjalani ujian.

Pengalaman serupa juga dirasakan Kadek Dwi Pradnyana (21), mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

"Yang paling menarik bagi saya adalah saat belajar Bahasa Mandarin. Kita diajari mempelajari berbagai jenis nada atau tones dalam Mandarin. Tones yang berbeda akan menghasilkan arti yang berbeda. Misalnya shì (adalah) dan shí (sepuluh)," sebut Kadek.

Hal menarik lain menurut mahasiswa berdarah Bali ini adalah didapatkannya kesempatan mencoba langsung bercakap dalam Bahasa Mandarin dengan warga lokal.

"Ada suatu kejadian lucu yang terjadi, saat itu saya mencoba menyapa seseorang yang berwajah Chinese di lingkungan kampus BLCU. "Ni hao" sapa saya, tiba-tiba dia menjawab, 'Saya orang Malang, Mas,'" kenangnya.

"Itu sebabnya Mandarin adalah bahasa dengan tingkat kesulitan nomor satu di dunia," lanjutnya.

Saat berada di Shenzhen, Kadek juga mengaku mendapat pengalaman berharga mengikuti workshop teknologi BTS generasi 4G.

"Waktu kami ke Huawei Exhibition Centre, ada banyak sekali teknologi-teknologi super up-to-date yang belum saya tahu sebelumnya. Misalnya, berbagai IoT (M2M) devices, wireless equipments terbaru, SSD 4 TB, servers, dan masih banyak lagi yang saya tidak tahu namanya," ujarnya.

Kadek Dwi Pradnyana (21), mahasiswa Jurusan Digital Signal Processing di Fakultas Teknik Elektro UI peserta Seeds for The Future saat mengikuti workshop bersama Huawei di Kota Shenzhen.

Selama di Shenzhen pula, dia mengaku bisa belajar lebih mendalam tentang konfigurasi BTS 4G dengan langsung menggunakan perangkat BBU, MME, dan RFU.

"Kami berkompetisi menjadi yang tercepat deploying BTS 4G. Ketika itu kelompok saya kalah, tapi pengalaman itu tetap sangat menyenangkan karena saya merasa belajar banyak sekali hal mengenai perangkat telekomunikasi dan konfigurasinya," tuturnya.

Peserta lainnya,  Danur Ilham Khoiruman (22), mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang juga mengaku mendapatkan pengalaman paling menarik yang dia dapatkan selama mengikuti workshop konfigurasi teknologi BTS 4G di Shenzhen.

Dia juga mengaku mendapat pengalaman berkesan saat makan malam bareng peserta dari negara lain tiba-tiba ulang tahunnya yang ke-22 dirayakan di sana.

Perayaan ulang tahun ke-22 Danur Ilham Khoiruman, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, bersama peserta mahasiswa dari Indonesia dan Burkina Faso.

Selama di Beijing, selain belajar Mandarin, Danur dan 9 rekannya juga belajar kaligrafi (seni menulis) huruf China.

Seeds for the Future di Tiongkok merupakan program CSR Huawei Indonesia yang setiap tahun diselenggarakan dengan mengirimkan sejumlah mahasiswa Indonesia ke China.

Program ini berlangsung sejak 2013 untuk memberikan kesempatan pengembangan di bidang TIK bagi para talenta muda Indonesia, sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia mewujudkan digitalisasi Indonesia.

Di penyelenggaraan tahun kelima tahun ini, PT Huawei Tech Investment mengirimkan 10 mahasiswa terbaik yang terpilih melalui program SmartGen berpartisipasi di program ini mulai 9 sampai 23 September 2017.

Mereka dipilih dari rentang usia 20 – 24 tahun dan telah melewati seleksi ketat melalui program pelatihan SmartGen.

Pembukaan program ini digelar tanggal 10 September 2017 lalu di Beijing, dilanjutkan dengan acara kunjungan rombongan mahasiswa Indonesia ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing keesokan harinya.

Mereka disambut langsung Soegeng Rahardjo, Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok.

Soegeng Rahardjo mengaku sangat senang melihat kunjungan para perwakilan mahasiswa Indonesia yang tergabung di program ini belajar budaya dan melihat kemajuan teknologi dan inovasi di Tiongkok, termasuk belajar bersama Huawei.

Delegasi 10 mahasiswa Indonesia dari 7 perguruan tinggi negeri peserta program Huawei Seeds for the Future 2017 berpose bareng Dubes RI untuk Republik Rakyat Tiongkok, Soegeng Rahardjo (belakang, keempat dari kiri).

"Saya berharap para mahasiswa ini dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk menggali ilmu pengetahuan lebih dalam lagi, termasuk di bidang teknologi, yang nantinya dapat diimplementasikan di Indonesia dan bermanfaat bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia, sehingga para mahasiswa ini dapat memberikan kontribusinya sebagai generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini menjadi mesin penggerak pertumbuhan bagi beragam sektor industri. Program ini juga sejalan dengan tema Seeds for The Future yang digelar Huawei tahun ini, yaitu eksplorasi menuju dunia yang lebih pintar.

Eksplorasi merupakan semangat ketekunan, api atau pendorong inovasi, cahaya kecerdasan yang menerangi jalan menuju dunia yang lebih cerdas.

Program Seeds for the Future mulai diselenggarakan oleh Huawei Global tahun 2008 untuk mengembangkan talenta lokal di bidang TIK melalui transfer ilmu pengetahuan serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan mengakomodir ketertarikan talenta muda di bidang telekomunikasi.

Melalui program ini, para mahasiswa dapat melihat secara langsung operasi bisnis global milik Huawei dengan lingkungan kerja lintas-budaya.

Di program ini mereka juga  mempelajari teknologi-teknologi terdepan di bidang TIK melalui program pembelajaran dan pengalaman bekerja langsung di Kantor Pusat Huawei di Tiongkok, termasuk budaya Tiongkok, budaya perusahaan dan manajemen Huawei, teknologi informasi dan komunikasi terbaru dan mengoperasikan peralatan di laboratorium.

Program Huawei global Seeds for the Future ini telah diikuti oleh 96 negara di seluruh dunia melalui kerja sama dengan lebih dari 200 perguruan tinggi dan memberikan manfaat kepada lebih dari 20.000 mahasiswa.

Saat menutup program ini melalui acara inaugurasi di kantor pusat Huawei di Kota Shenzhen, Jumat (22/9/2017), Vice President Huawei Technology Co. Ltd David Harmon mengatakan, sektor TIK akan mampu menciptakan dunia yang terkoneksi secara menyeluruh dan mampu membentuk dunia yang lebih cerdas.

Karena itu, TIK merupakan faktor penting yang menjadi pendorong utama kemajuan pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkatkan standar hidup masyarakat.

"Melalui program Seeds for the Future ini, kami berharap talenta muda Indonesia yang sebelumnya tergabung dalam program alih ilmu pengetahuan yang diinisiasi Huawei, yaitu SmartGen, dapat meningkatkan wawasan di bidang budaya serta meningkatkan pengetahuan mereka mengenai teknologi TIK terbaru, dan mampu memberikan kontribusi nantinya untuk mewujudkan Indonesia yang lebih terhubung,” ujar Yunny Christine, Deputy Director, Public Affairs and Communications Department, Huawei Indonesia.

 “Saya berterima kasih atas kesempatan berharga yang diberikan Huawei untuk saya beserta teman lainnya bisa bergabung di program Seeds for the Future 2017 ini. Saya bisa belajar banyak tentang kebudayaan Tiongkok dan memperdalam pembelajaran untuk solusi global TIK terbaru di kampus Huawei bersama teman-teman mahasiswa dari 3 negara lainnya," ungkap Fariz.

Baginya, pengalaman kali ini memperkuat keinginannya bekerja di industri TIK setelah lulus kuliah nanti.

Yunny Christine menjelaskan, sejak tahun 2013, Huawei Indonesia telah mengirimkan 80 mahasiswa terbaik dari 12 universitas dan politeknik terkemuka di Indonesia mengikuti program pelatihan global Huawei Seeds for the Future.

Program SmartGen yang menaungi kegiatan ini memiliki beberapa sub-program, Antara lain, Tech Day, Huawei Experience Day, Smart Campus Consultancy, Seeds for the Future, dan Student Internship.

Untuk program ini, Huawei bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Telkom (Tel-U), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Padjadjaran (UNPAD), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini