TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seperti apa keseruan memotret objek dan momen dengan kamera analog? Carousell Indonesia dan Jellyplayground, sebuah platform khusus untuk para penggemar kamera analog di Indonesia, baru-baru ini menggelar acara Walk the Analog, sebuah event yang mengajak siapa saja belajar lebih jauh tentang kamera analog.
Di workshop Walk the Analog ini peserta diajak mempelajari seluk-beluk kamera analog, mulai dari mengambil hingga menghasilkan foto. Peserta juga bisa langsung mempraktikkan ilmu yang didapat melalui sesi walking tour yang dibimbing langsung mentor berpengalaman.
Mengangkat tema unik 'Capture One’s Fear', para peserta diajak berkeliling menangkap gambar yang merepresentasikan ketakutan mereka dengan menggunakan kamera analog.
Presiden dan Co-founder Carousell, Marcus Tan menilai ada tren kenaikan minat fotografi di komunitas Carousell.
"Kami memiliki sekitar 38.000 listing dalam kategori fotografi, di mana kamera analog menjadi salah satu kamera yang paling sering dicari. Kembalinya hobi fotografi analog menunjukkan bahwa Indonesia kini telah memasuki tren ‘old is new again’," ujarnya.
Baca: So Sweet, Penumpang AirAsia Ini Lamar Kekasihnya di Udara dalam Penerbangan ke Bali
Baca: Jokowi: Media Sosial Itu Kejam!
Pada fotografi analog, pengguna tidak bisa langsung mengetahui foto yang ditangkap berhasil atau tidak. Pengguna juga tidak bisa menyunting hasil foto, sehingga diperlukan keterampilan khusus untuk bisa mendapatkan foto dengan cerita yang diinginkan.
Walk the Analog mengajarkan peserta menghasilkan cerita dari sebuah foto tanpa ada bantuan filterlayaknya kamera digital.
Carousell menyatakan mendukung tren ini untuk menginspirasi masyarakat menemukan nilai lebih dari barang preloved.
Menurut survei mereka, sebanyak 72 persen orang Indonesia tertarik berbelanja barang preloved karena dapat menemukan barang-barang yang langka.
Seiring dengan perayaan Halloween di bulan Oktober, tema unik “Capture One’s Fear” pun menjadi pilihan untuk workshop dan walking tour acara Walk the Analog.
Tema ini menyorot sebuah ketakutan yang tentunya berbeda bagi setiap orang, contohnya sudut ruangan yang mungkin terlihat biasa saja bagi beberapa orang, memiliki faktor “ketakutan” tersendiri bagi orang lain.