TRIBUNNEWS.COM – Bagi seorang kreator, inspirasi dalam membuat karya seni atau membuat teknologi bermanfaat bisa mereka dapatkan di mana saja. Contohnya saja para kreator yang ikut serta pada ajang kompetisi LINE Creativate 2017.
Pada kompetisi yang bersaing pada kategori LINE WEBTOON, LINE Sticker, LINE Chatbot dan #UnjukKreasiLokalmu ini banyak para kreator yang mengaku karya yang mereka menangkan pada kompetisi ini terinspirasi dari kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satunya Fata El Islami. Juara pertama Kompetisi Chatbot – Utilitas ini mengaku inspirasinya membuat bot Islamify berasal dari pengalaman pribadinya.
“Ketika saya pergi ke suatu daerah, disitu saya sangat susah sekali mencari masjid. Dari situlah saya terpikir untuk menciptakan bot ini,” ujar Fata.
Tak hanya itu, Fata juga mengakui, keinginannya untuk mengakses konten-konten islami tanpa harus mengunduhnyamenjadi satu alasan lain baginya menciptakan Islamify.
“Gimana sih kita bisa mengakses konten-konten iIslami tanpa mengunduh aplikasi. Awalnya juga karena saya ingin mengusahakan fitur-fitur yang ada di apps itu bisa kita manfaatkan tanpa harus mengunduhnya dan tidak menghabiskan RAM smartphone,” ungkapnya.
Berkat kemampuannya mempelajari bot serta latar belakang sebagai mahasiswa Teknologi Informatika, Fata akhirnya dengan niatan iseng menciptakan bot Islamify dan memberanikan dirinya mengikuti perlombaan LINE.
Tak disangka botnya ini mendapat respon positif dari masyarakat, bahkan Fata berhasil menjadi juara pada kompetisi Chatbot – Utilitas.
Ketika ditanya, Fata menjawab Islamify memiliki banyak fitur yang bermanfaat, seperti fitur jadwal sholat di seluruh lokasi Indonesia, fitur mencari masjid terdekat, fitur mencari arah kiblat, hingga fitur Al Quran yang tersedia dalam bahasa Jepang, Korea, Perancis, hingga Malaysia.
“Untuk terjemahan Al Quran, semua terjemahannya berasal dari sumber terpercaya dan bukan berasal dari google translate. Jadi bisa dipastikan kebenarannya,” ujar Fata.
Inspirasi dari kehidupan sehari-hari juga dialami oleh Septia Indah Rosiana. Juara pertama kompetisi LINE Sticker ini mengaku inspirasi karyanya berasal dari anak-anak kecil disekitar rumahnya.
“Saya dapat inspirasi sticker Boteng dari anak-anak kecil sekitar rumah. Mereka itu pada bandel-bandel tapi lucu,” ungkap Septia.
Berbeda dengan dua pemenang sebelumnya, Putu Dedi Kurnia Pratama, pemenang pertama Kompetisi Webtoon, mengaku walaupun tak mengalami sendiri, ia mendapatkan inspirasi webtoonnya dari kejadian sehari-hari yang ia lihat di masyarakat.
“Dalam cerita Titik Balik ini, saya membuat cerita tentang anak remaja yang bandel dan mulai kembali lagi memikirkan hidupnya dan menemukan titik balik ketika ayahnya meninggal. Walaupun sedih, hari dimana sang ayah meninggal merupakan titik balik bagi hidupnya,” terang Putu.
Perbedaan juga terlihat pada karya Titik Balik ini, tak seperti Webtoon pada umumnya, Titik Balik menyajikan sebuah cerita tanpa menggunakan dialog sama sekali. Menurut Putu, ini adalah salah satu rintangan yang dia hadapi dalam membuat Webtoon ini.
“Saya harus pintar-pintar mau menampilkan apa, jika disampaikan melalui dialog mungkin hanya beberapa adegan saja. Tapi karena ini tanpa dialog, saya harus membuat adegan ekstra sehingga pembaca bisa mengerti alur ceritanya,” ungkap Putu.
Cerita sama juga terjadi pada Creacle, juara pertama kompetisi Chatbot - Game. Mengingat kesan yang ditimbulkan ketika memikirkan penjual TTS di pinggir jalan, mereka memutuskan untuk membuat Chatbot – Game TTS.
“Waktu itu kami teringat dengan penjual TTS di pinggir jalan. Nah, dari situ kami coba menciptakan versi digitalnya melalui media LINE. Intinya saat itu kami membuat model bot yang sederhana namun bisa dinikmati oleh banyak orang,” ujarnya.
Melalui kompetisi inipun Creacle berharap banyak anak-anak Indonesia yang berminta dengan bot dan bisa membuat suatu karya yang berguna dan bisa diapresiasi banyak orang.
“Kami juga berharap kedepannya TTS ini bisa mengikut sertakan para pengguna untuk bisa submit sendiri pertanyaan mereka sehingga bisa menambah wawasan siapa pun yang berhasil menjawab TTS ini,” ungkapnya.
Namun yang paling menginspirasi adalah harapan dan keinginan dari Achamd Ja’Far Al Fakhry. Juara pertama kompetisi #UnjukKreasiLokalmu ini ingin sekali mengembangkan budaya dan tourism Indonesia ke level yang lebih besar.
“Saya ingin anak-anak muda Indonesia tahu bahwa budaya dan keindahan Indonesia bisa ditemukan di lingkungan sekitar kita. contohnya saja seperti video yang saya buat ini. Mengambil latar Sunda Kelapa, saya ingin menunjukkan sisi lain dari kota Jakarta dan ingin menunjukkan seperti apa budaya otentik Indonesia yang bahkan sudah ada sebelum Indonesia terbentuk,” ujarnya.
Melalui video ini juga, tambah Ahmad, iya ingin mengajak anak muda Indonesia tak merasakan Indonesia hanya dari buku dan daring.
“Kita harus bisa merasakan langsung bagaimana kayanya dan indahnya budaya Indonesia. Jangan sampai nanti budaya-budaya itu punah dan kita hanya bisa menikmatinya lewat buku atau internet semata,” tutupnya.