TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) Indonesia yang pertama mencapai level Unicorn, Go-Jek, mulai mengembuskan rencana untuk menawarkan sahamnya kepada publik dalam beberapa tahun ke depan.
CEO Go-Jek Nadiem Makarim menyatakan hal itu dalam diskusi panel di acara Bloomberg The Year Ahead Asia, Rabu (6/12), kemarin.
"Kami pasti akan IPO, tapi semua tergantung situasi dan kondisi ke depan. Semoga dalam beberapa tahun ke depan kami bisa IPO karena itu tujuan dan cita-cita saya," ujar Nadiem, terus terang.
Niat perusahaan ini untuk IPO sepertinya bakal dinantikan pelaku pasar. Maklum Go-Jek merupakan perusahaan rintisan pertama di Indonesia yang memiliki valuasi nilai jual melebih US$ 1 miliar.
Baca: Kemendagri Bakal Coret Tim Sukses Anies-Sandi di TGUPP
Dalam dunia startup, dikenal beberapa level valuasi perusahaan. Level pertama adalah Cockroach, perusahaan rintisan awal dengan valuasi masih kecil, tapi tahan banting.
Perusahaan seperti ini bisa menarik para angle investor untuk mengikutsertakan modalnya sehingga valuasinya membesar.
Di level selanjutnya, terdapat istilah Ponies. Istilah ini menjuluki perusahaan-perusahaan rintisan dengan valuasi menembus US$ 10 juta atau sekitar Rp 130-an miliar.
Baca: Spanduk Sindiran Tetangga yang Parkir di Jalan Jadi Fokus Netizen
Jika perusahaan di level ini bisa mempertahankan dan menaikkan nilai valuasinya, maka para angle investor dengan modal lebih gede tertarik menginjeksi modal segar. Valuasi mereka pun akan terdorong ke level berikutnya.
Centaurs, makhluk berbadan kuda berkepala manusia dalam mitolog Yunani, menjadi istilah untuk menggolongkan startup dengan valuasi menembus US$ 100 juta. Kira-kira Rp 1,35 triliun.
Lagi-lagi, jika perusahaan perintis segede ini masih bisa meningkatkan valuasinya, para angle investor kelas paus masih bisa tertarik menambahkan modal, sehingga semakin mendorong valuasinya.