TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyoroti praktik diskon berlebihan dalam tarif transportasi online.
”Tidak melakukan diskon berlebihan karena diskon berlebihan berpengaruh pada pendapatan drivernya sendiri,” katanya saat rapat membahas transportasi online dengan Komisi V DPR RI di gedung DPR, Senin (28/05).
Di samping itu, dia juga menyinggung seputar larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Dua hal itu menjadi perhatian dalam rangka menyusun regulasi bagi transportasi online. Salah satu aplikator terindikasi kuat masih menjalankan cara bisnis yang bisa mematikan pesaing.
Menhub mengungkapkan pentingnya melakukan pengaturan itu karena selain berkaitan dengan keberlangsungan usaha, berkaitan juga dengan kesejahteraan mitra pengemudi.
Pada rapat yang juga dihadiri pihak GO-JEK, Grab, dan Organda, itu Budi mengungkapkan pada prinsipnya regulasi disusun harus memberikan kesempatan yang memadai bagi semua.
Anggota Komisi V DPR RI, Bambang Haryo, mengatakan perkembangan cepat transportasi online terutama dari aktivitas ojek online sampai tercatat 15 juta trip per hari bukti penerimaan masyarakat. Maka harus ada payung hukumnya.
Baca: Ekspansi GO-JEK Dapat Tekan Praktik Monopoli Bisnis Ride-Hiling di ASEAN
Bambang menegaskan keberlangsungan usaha transportasi online dan berkaitan dengan jutaan mitra drivernya tidak boleh dilepas ke mekanisme pasar.
”Jadi tidak bisa dilepas ke mekanisme pasar. Ini tentang nyawa banyak orang dan terkait layanan terhadap jutaan orang juga. Harus diatur!” tegasnya.
Pasca hengkangnya aplikator Uber di ASEAN, persaingan usaha sehat dan larangan praktik monopoli memang menjadi perhatian.
Beruntung, di Indonesia masih ada GO-JEK. Bahkan di saat bersamaan, GO-JEK diundang regulator di beberapa Negara tetangga untuk ekspansi ke sana agar tercipta persaingan usaha sehat dan tegaknya larangan praktik monopoli.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara meyakini kehadiran GO-JEK di Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina akan menambah daya saing GO-JEK.
”Ekspansi bisnis GO-JEK ke Asia Tenggara bakal meningkatkan valuasi GO-JEK dan berefek domino terhadap layanan on demand yang disediakan GO-JEK,” yakinnya.