TRIBUNNEWS.COM - Seorang remaja asal California, Amerika Serikat berhasil menyabet gelar sebagai juara dunia game Tetris dalam kompetisi bertajuk Classic Tetris World Championship (CTWC).
Joseph Saelee, sang remaja berusia 16 tahun tersebut berhasil menekuk juara bertahan Jonas Neubauer yang telah memenangkan kompetisi ini selama tujuh kali dalam delapan tahun terakhir turnamen ini digelar.
Game yang dimainkan adalah Tetris versi original Nintendo yang sudah dipertandingkan puluhan tahun sejak 1990.
Bagi yang kemungkinan lupa atau belum tahu apa itu game Tetris, game legendaris ini kerap dimainkan di komputer rumahan.
Tapi lebih sukses di versi Gameboy yang rilis pada tahun 1989. Cara memainkannya adalah dengan menyusun empat blok dengan bentuk berbeda dengan mengendalikannya ke samping kiri atau kanan sehingga membentuk garis horizontal tanpa celah.
Jika sudah terbentuk, blok-blok tersebut akan menghilang. Pemain harus mencegah blok-blok itu tersusun tinggi hingga menyentuh ujung atas display untuk menghindari "game over".
Classic Tetris Wolrd Championship digelar di Portland Retro Gaming Expo di dalam gedung Oregon Convention Center, Oregon, Amerika Serikat, pada Senin (22/10/20180 waktu setempat.
Para pemain membawa kontroler konsol game Nintendo (NES) yang telah dimodifikasi dan mereka diperbolehkan menggunakan teknik yang disebut "hypertapping".
Teknik itu dijabarkan sebagai mengetuk D-pad alias tombol arah secara terus-menerus ketimbang menahannya.
Teknik itulah yang digunakan Saelee dengan gesit dan berhasil mengantarkannya ke podium juara.
Kepada BBC, sebagaimana dirangkum, Selasa (23/10/2018), Saelee mengaku pertama kali memainkan Tetris setelah menonton turnamen tersebut pada tahun 2016.
Baca: Donald Trump: AS akan membangun lagi persenjatan nuklir
Saat itu, ia menggunakan konsol Nintendo NES orisinil keluaran tahun 1985. Ia mengatakan sejak saat itu, dirinya berlatih bermain Tetris berjam-jam dalam sehari selama dua tahun.
Saelee lebih memilih menyambungkan konsol game Nintendo ke televisi tabung daripada televisi layar tipis modern.
Ia mengaku lebih suka menggunakan monitor lawas semacam itu karena tingkat latensi - jeda waktu antara input kontroler dan visual monitor- lebih rendah.
"Tetris itu mudah untuk dipelajari tapi butuh waktu bertahun-tahun untuk menjadi master," akunya.
Setelah memenangi kompetisi ini, Saelee berniat untuk mengikuti lagi kompetisi tahun depan. "Aku merasa bahwa aku masih bisa meningkatkan (kemampuanku), ini bukanlah hal untuk dilakukan sekali", imbuhnya.