News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BAKTI Kominfo Bangun 855 Unit Base Transceiver Station di Daerah Tertinggal dan Terluar Indonesia

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Capaian pembangunan infrastruktur komunikasi oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika per November 2018 ini. Satu diantaranya, penyelesaikan pembangunan 855 base transceiver station (BTS) di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan sudah membangun 855 base transceiver station (BTS) di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia.

Ke-855 BTS tersebut mampu menopang penyediaan layanan transmisi satelit very small aperture terminal-internet protocol (VSAT-IP) dengan didukung menara (tower) setinggi 32 meter, transmisi VSAT, serta catu daya atau daya listrik yang bersumber dari panel sel surya bertenaga (450 watt VDC.

Komponen infrastruktur seperti ini membuat BTS tetap bisa beroperasi meski berada di lokasi yang minim sumber listrik dari PLN.

Setiap Unit BTS kini digelar di lahan seluas 400 meter persegi yang disediakan oleh pemerintah daerah berdasarkan perjanjian pinjam pakai lahan antara BAKTI dan Pemda setempat.

Direktur Utama Bakti Anang Latif dalam obrolan dengan media di kantornya, Senin (26/11/2018) menyebutkan, 
pengadaan BTS Bakti Sinyal menerapkan dua jenis model kerjasama.

Pertama, berdasarkan kerjasama dengan Pemda, Kementerian/Lembaga, maupun instansi untuk kemudian ditindaklanjuti oleh oleh Bakti. Kedua, berasal dari program Kominfo yang seluruh proses finalisasi dilakukan oleh Bakti.

BTS-BTS yang telah dibangun di wilayah 3T ini selanjutnya disewakan gratis kepada operator telepon seluler yang bertindak sebagai perusahaan mitra penyedia jaringan layanan komunikasi dan datanya. Sebanyak 60 persen diantaranya saat ini telah disewakan kepada Telkomsel.

Baca: Rakuten Akan Akuisisi Pelanggan Softbank untuk Jualan Paket Internet Murah

Digratiskannya BTS-BTS ini menurut Anang Latif, memang keharusan lantaran jika operator ditarik biaya, BTS-BTS tersebut tidak memenuhi standar keekonomian bisnis karena pendapatan yang diperoleh operator dari pelanggan yang berada di wilayah yang dijangkau BTS-BTS tersebut relatif rendah.

"Kami saat ini fokus kembangkan infrastruktur di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal, sekaligus membangun ekosistemnya. Untuk bangun infrastruktur telekomunikasi ini kita bekerja sama dengan sejumlah perusahaan mitra," ungkap Anang Latif.

Direktur Utama Bakti Anang Latif

Anang menjelaskan, BAKTI saat ini menjalankan lima program di wilayah 3T di Indonesia. yakni pembangunan BTS BAKTI sinyal, akses internet, satelit multifungsi, ekosistem dan Palapa Ring.

"Dari lima program yang kita jalankan, yang paling diminati dan jadi favorit masyarakat adalah BTS dan akses internet. Untuk jaringan sinyalnya kita bekerja sama dengan operator seluler," jelasnya.

Hingga 2019, BAKTI menargetkan membangun 5.000 BTS di area-area yang belum dimasuki oleh para operator karena faktor kelayakan bisnis.

Anang Latif menjelaskan, BTS yang sudah dibangun di program BTS BAKTI Sinyal ini berada di 21 provinsi dan 10 kabupaten dan sebagian besar adalah BTS dengan jaringan 2G.

"Secara bertahap pada 2019 nanti akan dinaikan statusnya menjadi 4G. Pada prinsipnya layanan ini telah dapat memberikan masyarakat akan akses telekomunikasi berupa teleponi dasar, yaitu voice dan SMS," ungkapnya.

Dukungan infrastruktur BTS ini diharapkan dapat menunjang aktivitas komunikasi masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas komunikasi dan produktivitas masyarakat pedesaan.

"Sesuai amanat Nawacita, kita bertugas membangun Indonesia dari pinggiran. Dulu tugas ini dijalankan oleh Indosat dan Telkom ketika kedua perusahaan masih berstatus BUMN 100 persen. Seiring dengan privatisasi BUMN, peran itu tak maksimal, tangan pemerintah membangun Indonesia di titik terluar jadi berkurang," imbuh Anang Latif.

Anang menambahkan, teknologi VSAT-IP untuk BTS di wilayah 3T ini sangat cocok sebagai solusi komunikasi untuk melayani daerah terpencil dengan kondisi geografis menantang dan sesuai jika diterapkan di negara kepulauan seperti Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini