TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Qualcomm Technologies, Inc., anak perusahaan Qualcomm Incorporated (NASDAQ: QCOM), menggelar Qualcomm Invention Forum: Era of Smart and Connected Industries untuk menyediakan kesempatan bagi para pemain Internet of Things (IoT) utama di Indonesia sekaligus menjajaki lebih lanjut aplikasi-aplikasi dari Industrial Internet of Things (IIoT) yang dapat diadopsi di Indonesia.
Dengan membawa lebih dari 30 tahun upaya penelitian dan pengembangan (R&D) di bidang konektivitas,
Qualcomm Technologies berbagi visi dan keahliannya untuk membantu Indonesia mewujudkan tujuan Industri 4.0 melalui diskusi mengenai inovasi dan teknis produk yang dikombinasikan dengan demonstrasi solusi IoT yang telah tersedia di pasar, terutama di bidang pertanian, kota pintar atau smart city, dan transportasi.
Forum yang terdiri dari para pengembang, integrator sistem, dan operator seluler ini diharapkan menjadi pendorong bagi persiapan Indonesia menuju kedatangan 5G yang ada di depan mata dan untuk mendukung
pemerintah Indonesia dalam mewujudkan inisiatif Making Indonesia 4.0.
“Qualcomm Technologies telah memainkan peran penting dalam menciptakan generasi lanjutan dari teknologi nirkabel selama beberapa dekade. Dengan peluncuran 5G pada tahun 2019, kami akan membuka era besar berikutnya yaitu, Era Penemuan,” kata Shannedy Ong, Senior Director of Business Development untuk Qualcomm International, Inc.
“Teknologi terdepan kami akan mendorong perkembangan pesat tidak hanya bagi produk baru, tetapi juga industri baru, termasuk otomotif, Internet of Things (IoT), komputasi, jaringan, dan lainnya,” ujarnya.
Indonesia telah memperkenalkan revolusi industri keempat di bawah inisiatif Making Indonesia
4.0 pada bulan April 2018 dengan fokus pada inovasi teknologi sebagai pendorong utama
dalam meningkatkan daya saing bisnis.
Lima teknologi mendasar yang termasuk dalam inisiatif ini adalah Internet of Things (IoT), artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, augmented reality dan virtual reality (AR/VR), robotika canggih, dan 3D printing.
Sementara teknologi tersebut saling terkait dan saling melengkapi, esensi dari Industri 4.0 adalah untuk
meningkatkan produktivitas dan fleksibilitas dengan membuat robot, komputer dan peralatan terhubung ke Internet of Things (IoT), dan ditingkatkan dengan algoritma pembelajaran mesin (machine learning).
IoT adalah elemen yang sangat penting dalam mewujudkan era yang terhubung ini.
“Indonesia adalah negara dengan potensi yang besar, dan Qualcomm percaya bahwa mendorong pengembangan IoT akan menjadi tiket emas bagi Indonesia untuk bersaing di tingkat global sebagai produsen teknologi. Saat ini, Asia Tenggara berada pada kedudukan yang sama dalam kategori baru ini, dan inilah saatnya bagi Indonesia untuk mengambil kesempatan tersebut,” tambah Shannedy.
Menurut Asosiasi IoT Indonesia, nilai pasar IoT di Indonesia diperkirakan mencapai USD 30 miliar (Rp 444 trilyun) dengan lebih dari 400 juta sensor terhubung yang dipasang di berbagai industri terkait pada tahun 2022.
“Dari survei internal kami, 96% dari responden percaya bahwa industri lokal dapat menghasilkan perangkat keras IoT seperti sensor, card interfaces, antena, pengontrol mini, dan smart meters,” kata Andri Yadi, Wakil Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia.
"Dengan potensi luar biasa yang ditawarkan pasar dan kepercayaan diri dari pemain lokal, pemerintah harus bertindak cepat untuk menyelesaikan roadmap IoT dan menelurkan peraturan yang mendukung perkembangan industri lokal," imbuhnya.
Sudeepto Roy, Vice President of Engineering untuk Qualcomm Technology Licensing dari Qualcomm Incorporated mengatakan, jika dikombinasikan dengan perangkat lunak dan platform data yang dapat diandalkan, konektivitas yang kuat, dan model bisnis yang inovatif, IoT dapat mewujudkan potensi penuhnya di bidang-bidang utama smart cities atau
kota pintar, transportasi, dan pertanian di Indonesia.