TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah peneliti dari Universitas Sydney dan Data61 CSIRO menemukan 2.040 aplikasi berbahaya yang beredar di Google Play Store.
Beberapa aplikasi ternyata adalah malware, sementara aplikasi lainnya adalah aplikasi palsu yang membutuhkan banyak sekali izin akses data sensifitif yang tidak terkait.
Contohnya adalah aplikasi gaming bernama "Hill Climb Racing" dan "Temple Run". Ribuan aplikasi tersebut ditemukan setelah peneliti menyisir sekitar satu juta aplikasi di toko aplikasi Android itu selama kurang lebih dua tahun.
Mereka menggunakan jarungan neural dan machine learning untuk menemukan aplikasi berbahaya. Algoritma dari machine learning tersebut diatur untuk mencari deskripsi teks dan ikon yang sama dengan 10.000 aplikasi paling populer di Google Play Store.
Hasilnya, algoritma ini menemukan 49.608 potensi ancaman dari aplikasi di Google Play Store, sebagaimana dirangkum dari GSM Arena, Selasa (25/4/2019).
Baca: Google Blokir Akses Ponsel Huawei ke Sistem Pembaruan Android, Google Playstore dan Maps
Peneliti kemudian menggunakan layanan pendeteksi virus perangkat lunak bernama VirusTotal. Dari pemindaian ini ditemukan 7.246 aplikasi yang telah tertandai sebagai aplikasi berbahaya dan 2.040 di antaranya adalah aplikasi palsu berisiko tinggi.
Sebanyak 1.565 aplikasi meminta setidaknya lima kali izin akses data sensitif dan 1.407 aplikasi menanamkan iklan pihak ketiga di dalamnya. Kabar baiknya, aplikasi-aplikasi berbahaya yang ditemukan ini telah dihapus.
Baca: Jelang Putusan MK, Statement Bambang Widjojanto Jadi Bahan Tertawaan Advokat Sedunia
Tim Google mengklaim jumlah pengajuan aplikasi yang ditolak meningkat 55 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara aplikasi yang ditangguhkan meningkat menjadi 66 persen.
Google mungkin saja memperketat peredaran aplikasi di toko aplikasinya mengingat cukup sering para periset keamanan software menemukan aplikasi yang berbahaya di Google Play Store.