TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maya Watono, Country CEO Dentsu Aegis Network Indonesia, menyampaikan pandangannya mengenai modernisasi dan digitalisasi yang mengubah cara berpikir masyarakat.
Maya berkata bahwa digitalisasi membuat informasi bergerak cepat dan tren berumur pendek karena kehadiran platform seperti media sosial.
Kultur tersebut akhirnya mempengaruhi perusahaan atau brand untuk mengikuti dinamika publik atau target pasar.
"Duhulu, brand berkompetisi dengan brand lain. Sekarang tidak lagi. Mereka bersaing dengan perubahan kultur. Sekalinya brand kehilangan momentum untuk mengikuti tren terbaru, artinya mereka tidak bisa mengikuti kemauan pasar," ungkap Maya, Rabu (16/10/2019).
Maya menarik contoh adanya brand kopi kemasan, yang saat ini kini tidak lagi bersaing dengan brand sejenis, tapi kultur baru masyarakat untuk minum kopi rasa kafe.
Baca: Keluarga Janda di Sragen Hajatan Nikahkan Anaknya, Tak Ada Tetangga yang Datang Hanya Gara-gara Ini
Bertebarannya kopi rasa kafe karya para UKM dengan pemanis gula aren membuat pemain kopi kemasan berpikir keras.
Walau diplot jauh lebih mahal, pasar menerima kopi gula aren karena berbeda dan menjadi tren kultur di media sosial alias platform digital.
Baca: UU Hasil Revisi Berlaku, Bisakah KPK Tetap Jalankan Tugas Pemberantasan Korupsi?
Menurut Maya, perubahan digital itu di Indonesia sangat kentara dalam dua sampai tiga tahun terakhir, setidaknya jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.
"Televisi juga sudah dianggap mencapai titik jenuh dan publik, terutama generasi milenial, beralih ke platform digital dalam smartphone mereka," tambah Maya.
Tidak heran karena dari populasi sekitar 260 juta jiwa, pengguna perangkat pintar di Indonesia sudah mencapai 355 juta.
Plus pengguna internet mencapai 150 juta, yang pertumbuhannya tiga kali lebih cepat dari rata-rata pertumbuhan global.
Akibat digitalisasi cepat itu, sekitar dua pertiga komunikasi brand didorong karena keinginan konsumen.
Padahal sepuluh tahun lalu dua pertiga komunikasi didorong oleh brand sendiri. Konsumen terima jadi apa yang ditawarkan brand.
"Sekarang sebaliknya. Itu karena konsumen pegang kendali lewat smartphone. Apa-apa tinggal search, cari inspirasi di Instagram, sampai mau beli produk lihat review online dulu," ujarnya.
Reporter: Amalia Fitri
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Televisi sudah mencapai titik jenuh, milenial mulai beralih ke platform digital