TRIBUNNEWS.COM - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics melakukan riset untuk mengetahui manfaat dari kehadiran ekonomi digital bagi masyarakat, dengan Grab sebagai studi kasus.
Menariknya, studi tersebut didasari karena masyarakat sudah banyak melakukan aktivitas dengan memanfaatkan ekonomi digital. Tak hanya itu, dari riset tersebut, menghasilkan berbagai point penting terkait aktivitas masyarakat dalam ekonomi digital.
Berikut adalah hasil riset dari CSIS dan Tenggara Strategics mengenai peran Grab dalam ekonomi digital.
Manfaat bagi produsen.
Riset pertama yang dilakukan pada periode November - Desember 2018 menghitung kontribusi kehadiran Grab bagi masyarakat yang berperan sebagai produsen atau penyedia jasa ekonomi digital. Dalam konteks ekosistem Grab, mereka adalah mitra pengemudi GrabCar, GrabBike, merchant (restoran, kafe, atau warung) GrabFood, dan agen GrabKios (sebelumnya bernama Kudo).
Dari survei yang dilakukan di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan, dapat diestimasi kehadiran Grab telah memberi kontribusi kepada perekonomian nasional Indonesia sebesar Rp 48,9 triliun.
Kontribusi ekonomi nasional itu didapat salah satunya melalui penciptaan lapangan tenaga kerja. Dari data terlihat bahwa 32% mitra GrabBike dan 24% mitra GrabCar sebelumnya tidak memiliki pendapatan tetap. Dengan menawarkan peluang pendapatan kepada sekitar 300.000 pengemudi dan 40.000 agen GrabKios individual yang sebelumnya menganggur, diperkirakan input ekonomi Grab mencapai Rp 16,4 triliun pada 2018
Khusus di kota Surabaya, data menunjukkan Grab berkontribusi sebesar Rp 8,9 triliun pada tahun 2018. Kontribusi terbesar dihasilkan oleh mitra GrabFood sejumlah Rp 4,2 triliun, diikuti GrabBike sebesar Rp 3,5 triliun, GrabCar senilai Rp 1,1 triliun, GrabKios individual dan toko sebesar Rp 49 miliar.
Sementara, pendapatan mitra pengemudi GrabBike meningkat sebesar 144% dan GrabCar sebesar 114%.
Juga, penjualan mingguan mitra merchant GrabFood meningkat sebesar 34%. Selain meningkatkan pendapatan para mitra, Grab juga berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja. 38% mitra pengemudi GrabBike, 40% agen individual GrabKios, serta 35% mitra pengemudi GrabCar yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan, kini dapat memperoleh penghasilan setelah bermitra dengan Grab.
Manfaat bagi konsumen
Setelah mengukur peningkatan kesejahteraan dari sisi produsen, Tenggara Strategics dan CSIS juga mengukur peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sisi konsumen, berupa surplus konsumen yang dirasakan oleh konsumen GrabBike dan GrabCar di wilayah Jakarta-BogorDepok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
Surplus konsumen adalah manfaat yang diperoleh konsumen dari membeli barang atau jasa pada harga yang lebih rendah dari harga maksimal yang sebenarnya rela mereka bayar.
Sebagai contoh, jika seseorang bersedia membayar Rp 100.000 untuk sebuah perjalanan dari rumahnya ke Bandar Udara Internasional Juanda, sementara harga yang diberikan GrabCar untuk perjalanan tersebut adalah Rp 75.000, maka orang tersebut memperoleh surplus konsumen sebesar Rp 25.000. Riset menemukan bahwa teknologi Grab berkontribusi sekitar Rp 46,14 triliun dalam surplus konsumen untuk Jabodetabek pada 2018.
Surplus konsumen yang diperoleh konsumen GrabBike adalah Rp 5,73 triliun, sementara GrabCar berkontribusi sebesar Rp 40,41 triliun. Bagaimana ini mempengaruhi konsumen? Layanan Grab memungkinkan pelanggan menghemat uang yang awalnya telah mereka persiapkan untuk melakukan perjalanan dari titik A ke titik B.
Uang yang dapat disimpan dari sebelumnya dialokasikan untuk melakukan perjalanan, sekarang dapat digunakan untuk membeli barang-barang lainnya. Artinya, pelanggan dapat memanfaatkan surplus yang dinikmati untuk membeli barang atau jasa yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Dampak sosial teknologi untuk kebaikan, Grab for Good
Salah satu kesimpulan riset ini adalah potensi teknologi digital menjadi landasan pembangunan ekonomi yang inklusif bagi usaha kecil dan mereka yang selama belum cukup terlayani oleh sistem yang ada.
Dari hasil riset tersebut, Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri mengatakan, melalui riset ini, masyarakat dapat melihat peran Grab dalam memberikan peluang dan mengambil peran dalam ekonomi digital.
“Formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak terkait agar manfaatnya bisa dirasakan secara optimal. Melalui riset ini, kita bisa melihat bagaimana Grab memberikan peluang yang sama bagi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, termasuk Surabaya, untuk mengambil peran dalam ekonomi digital. Pertumbuhan ekonomi ini harus bisa dinikmati oleh setiap orang dari berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari bisnis-bisnis skala kecil hingga masyarakat umum. Satu-satunya cara kita semua dapat meraih kesuksesan adalah dengan memastikan setiap pihak benar-benar menjalankan fungsinya,” ujar Yose
Ramah disabilitas
Selain itu dalam Laporan Dampak Sosial Grab 2018-2019 yang diluncurkan pada 24 September 2019 lalu, mengatakan kontribusi Grab mencapai USD 5,8 miliar (Rp 81,5 triliun) terhadap perekonomian Asia Tengga dalam 12 bulan hingga Maret 2019.
Data tersebut sejalan dengan keinginan Grab untuk membangun sebuah platform yang inklusif dan memberikan dampak positif di setiap negara. Tak hanya itu, dari data tersebut, Grab ingin menggandeng seluruh masyarakat untuk tumbuh bersama dengan pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang.
Langkah untuk menggandeng seluruh masyarakat didasari, karena Grab menyadari tidak semua masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh.
“Indonesia siap menjadi salah satu ekonomi terbesar di Asia, namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk ikut tumbuh bersama Indonesia yang tengah tumbuh. Jika sektor swasta secara aktif menciptakan program-program untuk komunitas lokal, maka teknologi dapat lebih dijangkau oleh lebih banyak orang, dan proses pembelajaran keterampilan-keterampilan baru dapat dengan segera mengubah kehidupan lebih banyak orang di Indonesia. Grab ingin membangun sebuah platform yang inklusif, dan telah menjadi komitmen kami untuk menciptakan dampak positif dan berkelanjutan di setiap negara tempat kami beroperasi. Grab for Good,” ujar Deputy Head of Public Affairs, Grab Indonesia, Tirza Reinata Munusamy.
Tak sampai di situ, melalui teknologi dan model bisnis yang dimilikinya , Grab ingin juga menggandeng disabilitas untuk menjadi tenaga kerja produktif dan makin mandiri. Keinginan tersebut sejalan dengan program yang sedang dijalankan oleh Grab. Pasalnya, saat ini, Grab tengah mengembangkan platform dan prosedur operasi standar agar lebih banyak disabilitas yang tergabung menjadi keluarga Grab. Selain itu, grab juga akan melakukan serangkaian pelatihan bulanan untuk memastikan mitra pengemudi dapat melayani pelanggan penyandang disabilitas.
Pelangalam dari para wirausahawan
Tak hanya memberikan keramahan kepada disabilitas, Grab juga memberikan kesempatan untuk bersama-sama memanfaatkan ekonomi digital untuk seluruh lapisan masyarakat, termasuk pedagang kecil.
“Dulu, kalau kita mau ngisi pulsa pelanggan keluar kota ada jatahnya. Kalau penjualan melebihi jatah cluster, kita bisa diblok dan nggak dikasih saldo,” ungkap mitra GrabKios asal Surabaya, Oktavia Ayu Suryaningsih.
Padahal, pelanggan Oktavia rata-rata adalah orang-orang kantoran yang biasanya berasal dari luar daerah. Sejak menjadi agen GrabKios, semua masalah itu tidak lagi dialami Ayu. Kini, ia tidak perlu memiliki stok pulsa maupun kuota tiap provider.
“Hanya bermodalkan smartphone, kemudian men-download aplikasi GrabKios, semua sudah jadi satu. Walaupun kita isi saldonya sedikit, tapi kita bisa menjual semua item. Lebih praktis dan cara pengecekannya juga mudah,” ungkapnya.
Oktavia bersama jutaan wirausahawan mikro di Asia Tenggara menunjukkan bagaimana sebuah teknologi mampu mengubah hidup mereka.
“Grab terus berkomitmen untuk membawa dampak positif dari teknologi untuk Indonesia dengan meningkatkan inklusi dan literasi digital, memberdayakan wirausahawan mikro dan bisnis skala kecil serta membangun angkatan kerja yang siap menyambut masa depan,” tutup Tirza.