Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Google klaim telah hapus 98 persen aplikasi mata-mata pada platform Android, yang beredar pada 2019 lalu.
Aplikasi mata-mata pada Google Play Store, disebut meminta akses ke riwayat panggilan dan pesan singkay pengguna. Meski begitu, masih tersisa 2 persen aplikasi serupa pada platform Google.
Mengutip dari Gizchina Senin (17/2/2020), Google menyebutkan 2 persen aplikasi yang tersisa dan bestatus aplikasi mata-mata tidak dapat berfungsi, karena tidak memiliki akses ke data panggilan dan pesan singkat pengguna.
Tetapi untuk 98 persen aplikasi lainnya, sangat berpotensi mengandung bahaya karena dapat mengakses data panggilan dan pesan singkat pengguna.
Menrurut Google, penghapusan aplikasi mata-mata sebanyak 98 persen ini tentu bertujuan untuk melindungi para penggunanya dari pencurian data pribadi.
Google sendiri memang telah mengumumkan akan menghapus aplikasi Android sejak tahun 2018.
Baca: Bakal Dinikahi Pria Asal Turki, Ibu Vicky Prasetyo Komunikasi Pakai Google Translate
Aplikasi yang akan dihapus, merupakan aplikasi yang mengumpulkan riayat panggilan dan pesan singkat tanpa alasan jelas.
Bukan hanya menghapus aplikasi mata-mata, Google juga mengklaim telah memblokir 1,9 miliar instalasi malware dari platform penyedia installer aplikasi dari ekstensi APK pada tahun 2019.
Mengenai malware, sebelumnya Trend Micro pernah melaporkan dan menemukan aplikasi Android yang berbahaya yang disusupi oleh malware.
Malware tersebut dibuat seolah meruapakan aplikasi yang sanggup mengoptimallan kinerja smartphone, dengan membersihkan file-file sampah.
Tetapi bukannya mengoptimalkan kinerja smartphone, aplikasi ini malah memiliki protokol mengunduh 3.000 malware ke smartphone pengguna.