TRIBUNNEWS.COM - Kehadiran transportasi online telah membawa sejumlah dampak positif bagi masyarakat di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data dari Statista, suatu lembaga survei yang berbasis di Jerman, di tahun 2019, pendapatan dari transportasi online diprediksikan terus meningkat setiap tahunnya dan berpotensi menembus hingga 318,8 miliar dolar Amerika pada tahun 2023.
Dampak kehadiran transportasi online terutama dirasakan oleh Indonesia. Google dan Temasek pada 2018 menyebutkan, Indonesia merupakan pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara untuk transportasi online. Masyarakat patut berbangga karena karya anak bangsa mampu menciptakan aplikasi transportasi online yang mampu mendominasi pangsa pasar, seperti Gojek.
Lantas seperti apa kesejahteraan mitra yang tergabung?
Dalam sebuah wawancara, Febrianto (30), driver Gojek Pekanbaru, mengakui sejak bergabung dengan startup yang telah dirintis sejak 2010 ini, ia merasakan ada peningkatan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarga.
“Kalau saya sebagai mitra banyak nilai positif dan rezeki yang didapatkan. Bagi saya rezeki tidak hanya berbentuk ekonomi, tapi juga pertemanan, persahabatan dan lingkungan,” ucapnya.
Menurutnya, peningkatan ekonomi dirasakan ketika ia mampu menyewa rumah kontrakan untuk keluarga kecilnya.
“Dahulu (sebelum bergabung Gojek) saya sempat tinggal di “pondok mertua indah” alias rumah mertua. Tapi semenjak di Gojek saya bisa menyewa rumah. Karena hal itu, saya menilai ekonomi kami sudah meningkat, sudah bisa hidup mandiri,” kata Febri.
Selain mampu menyewa rumah, ada rasa kebanggaan tersendiri ketika ia memutuskan untuk bergabung menjadi mitra Gojek. Sebab, berkat menjadi mitra Gojek, ia mampu untuk memenuhi biaya sekolah anak tercintanya.
“Uang sekolah anak saya mulai dari TK (taman kanak-kanak) hingga SD (sekolah dasar) dari orderan Gojek,” tambahnya.
Bukan hanya sektor pendidikan yang menjadi kebanggaan Febri menjadi mitra driver Gojek. Ia juga menyebutkan, hubungan pertemanan dan kekeluargaan antar mitra pengemudi ojek online begitu kental dirasakan olehnya.
“Yang pernah saya alami ketika sedang mogok pas saat bawa penumpang, ada sesama jaket hijau menghampiri saya untuk menawarkan bantuan,” ungkapnya.
Pengalaman yang diceritakan Febri satu suara dengan hasil riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia tahun 2019, yang memaparkan kontribusi besar Gojek terhadap perekonomian nasional. Melalui mitra pengemudi, lembaga tersebut menyebut Gojek sukses menyumbang hingga 8,2 triliun per tahun untuk perekonomian nasional.
Menyadari pentingnya tingkatkan kualitas, Gojek juga memberikan beberapa program, seperti program swadaya dan pojok swadaya yang bertujuan untuk meringankan biaya pengeluaran para mitra yang tergabung.
Febri menambahkan, program swadaya sangat berguna bagi dirinya dan teman-teman mitra. Pasalnya, ia dapat membeli kuota internet hingga telpon dengan harga yang hemat. Menyadari menjadi mitra driver yang sebagian besar waktunya di jalan raya, ia memutuskan untuk mengikuti asuransi yang ditawarkan oleh program Gojek Swadaya.
“Saya ikuti program swadaya mulai dari pulsa hingga asuransi. Saya rasa hidup di lapangan butuh asuransi karena banyak risiko berkendara di jalan atau karena jatuh sendiri,” kata Febri.
Selain mendapatkan keringanan dari berbagai potongan harga yang diberikan oleh program swadaya. Febri juga mendaftarkan sang istri untuk mengikuti pelatihan yang diberikan oleh Gojek. “Kalau untuk program pelatihan, istri saya ikut beauty class,” ungkap Febri, menyebut salah satu program pelatihan skill baru dalam program 3 KM (Kursus Kilat Keluarga Mitra) untuk mitra dan keluarganya.
Meskipun mendapatkan banyak manfaat, Febri yang merupakan driver Gojek asal Pekanbaru, berharap, Gojek selamanya berada di Indonesia.
“Kalau saya berharap umur Gojek di Indonesia panjang dan selamanya. Saya juga berharap terus memperhatikan mitra, mulai dari bonus dan tingkat kesejahteraan mitra makin meningkat,” tutup Febri. (dda/dan)