News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Banyak Startup Kurangi Karyawan, Pengamat: Strategi Perusahaan Bertahan Hidup

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Startup pemesanan kamar hotel Airy memilih menghentikan operasionalnya secara permanen di tengah pandemi virus Corona saat ini.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurangan karyawan oleh banyak perusahaan termasuk oleh sejumlah startup di masa pandemi ini tidak terhindarkan terjadi. Banyak perusahaan harus mengambil kebijakan tersebut demi memertahankan keberlangsungan usaha di tengah situasi sulit mulai dari perusahaan berusia cukup tua sampai yang berstatus rintisan (startup).

Pengamat reknologi sekaligus Executive Director Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan, pengurangan karyawan memang merupakan opsi terakhir. Termasuk pada situasi pandemi Covid-19 saat ini.

”Kondisi layoff (pengurangan karyawan) ini tidak terhindarkan. Sulit pertahankan karyawan,” ungkapnya, Selasa (16/6/2020).

Heru mengatakan, pengurangan karyawan ada dua metode yang ditempuh, yakni rasionalisasi atau restrukturisasi. Restrukturisasi biasanya ditempuh dalam rangka efisiensi karena bisa digantikan teknologi atau pihak ketiga yang lebih murah.

”Misalnya di perusahaan telekomunikasi. Tadinya saya memiliki orang untuk berikan layanan call center. Dalam perjalanannya, biaya call center mahal. Saya jadi pakai pihak ketiga. Bentuk restrukturisasi perusahaan hadapi tantangan baru. Ini hal umum terjadi,” jelasnya.

Heru menyarankan agar perusahaan mengambil langkah restrukturisasi sebagai solusi. ”Misalnya bagian usaha yang tidak penting dikurangi. Intinya optimalisasi perusahaan,” terusnya. 

Baca: Samsung Rilis Galaxy S20+ BTS Edition, Berikut Spesifikasi dan Daftar Harga HP Samsung Juni 2020

Perlu disadari bahwa pendapatan perusahaan jauh berkurang pada situasi saat ini. Rasionalisasi pun terbentuk. Heru mencontohkan pada sebuah perusahaan maskapai yang sampai harus mengurangi jumlah pilotnya.

”Sekarang kondiisinya memang harus dikurangi. Dalam situasi penting atau pun nggak penting dari karyawan itu. Seperti pilot Garuda (Indonesia). Posisinya penting tapi sekarang harus dikurangi,” ujarnya.

Baca: Promo Terbaru dari Vivo, Smartphone Vivo Y50 Kini Dibanderol Rp 3,499 Juta dan Berlimpah Bonus

Mayoritas perusahaan saat ini tidak berpikir pada pertumbuhan kinerja. Lebih kepada situasi bertahan agar tidak tumbang. Sebab jika sampai kolaps, kata Heru, dampak negatifnya akan jauh lebih besar.

”Ini istilahnya sekarang survive. Kita masuk tahap survival. Bertahan hidup lebih penting,” tegasnya.

Perusahaan maskapai seperti Emirates dan Garuda Indonesia memang termasuk dalam bagian yang harus menempuh kebijakan pengurangan karyawan.

Baca: Kolaborasi dengan Disney, Oppo Luncurkan Enco W11 Disney and Pixar’s Toy Story Edition

Emirates Group dikabarkan berencana memberhentikan 30.000 karyawan untuk memangkas biaya di tengah pandemi virus corona. Pemangkasan tersebut nantinya akan mengurangi 30 persen dari total karyawan yang mencapai 105.000 orang.

Garuda Indonesia, harus merumahkan 800 karyawannya dengan status tenaga kerja kontrak atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

Sedangkan Perusahaan transportasi daring asal Amerika Serikat, Uber, melakukan PHK kepada 6.700 karyawan sebagai imbas hantaman Covid-19.

Traveloka juga dikabarkan memberhentikan sebagian besar stafnya. Pandemi menghilangkan banyak rencana liburan. Pengurangan karyawan Traveloka disebut-sebut sekitar 100 orang atau 10 persen karyawan di startup ini. Kebijakan ini disebut telah dilakukan sejak awal April 2020.

Ramayana, perusahaan ritel yang sudah eksis cukup lama juga mengurangi jumlah karyawan. Sedikitnya mencapai 84 karyawan harus kena PHK salah satunya karena penutupan gerai Ramayana Depok.

Jaringan restoran siap saji KFC beberapa waktu lalu menyatakan 450 pekerja dirumahkan, terutama di gerainya di Pulau Jawa.

Startup pemesanan kamar hotel Airy memilih menghentikan operasionalnya secara permanen di tengah pandemi virus Corona saat ini.

Pada saat yang sama, perusahaan sejenis yaitu Airbnb juga akan merumahkan 1.900 orang karyawannya atau setara dengan 25 persen dari total jumlah pekerja Airbnb saat itu.

Langkah hampir serupa dilakukan Agoda. Platform digital pemesanan hotel dan propertiitu memutuskan untuk melakukan PHK kepada sekitar 1.500 karyawannya di 30 negara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini