Menristek dan GIPA Ajak Anak Bangsa Berkarir di Artificial Intelligence (AI) untuk Majukan Indonesia

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro di forum Going Global Series: Predicting Your Roles in Artificial Intelligence and Machine Learning.
Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro di forum Going Global Series: Predicting Your Roles in Artificial Intelligence and Machine Learning.

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Penerapan Artificial Intelligence dan Machine Learning (AI/ML) di berbagai industri diprediksi akan meningkatkan produktivitas global sebesar 13 triliun dolar AS.

Sayangnya, seperti data yang dipaparkan McKinsey & Company, lebih dari 40 persen perusahaan menilai kurangnya SDM yang memiliki keahlian di bidang ini menjadi kendala terbesar dalam investasi maupun implementasi AI/ML.

Melihat fakta tersebut, Global Indonesia Professionals’ Association (GIPA) menggelar forum Going Global Series: Predicting Your Roles in Artificial Intelligence and Machine Learning dengan menghadirkan tiga narasumber inspiratif yang bekerja di Microsoft, Citigroup, dan Google di Amerika Serikat dan Singapura.

“Forum Going Global dari GIPA ini untuk memberikan inspirasi bagi anak bangsa di luar negeri dan di Indonesia untuk berani berkarir secara global terutama di bidang AI/ML sebagai program kami untuk pembangunan SDM Indonesia,” kata Steven Marcelino, Chairman GIPA, Kamis (15/10/2020).

GIPA merupakan sebuah asosiasi non-profit untuk kalangan profesional dan eksekutif bekerja di mancanegara.

Arcky Meraxa, Ph.D., kepala Professional Development yang merangkap kepala kawasan Amerika di GIPA berharap, forum ini bisa membangun semangat baru dan membantu mahasiswa maupun profesional muda untuk bisa masuk ke bidang AI/ML yang seringkali dianggap rumit.

Forum Going Global Series: Predicting Your Roles in Artificial Intelligence and Machine Learning yang diselenggarakan Global Indonesia Professionals' Association (GIPA). (IST)

Forum GIPA kali ini disaksikan langsung oleh lebih dari 1.100 mahasiswa dan profesional muda yang berdomisili di 120 kota dan 24 negara.

Hilmi Kartasasmita, Head of Indonesia di GIPA sekaligus MC dalam forum ini mengatakan, untuk gelaran forum ini pihaknya menggandeng Kemenristek/BRIN, KBRI Washington DC, serta didukung oleh PPI Dunia, Indonesian Professionals Association (IPA) di A.S. dan Singapura.

Forum Going Global Series dibuka oleh Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D., Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Baca juga: Kecerdasan Buatan Cegah Anak-anak Konsumsi Rokok Elektrik, Bisa Deteksi Wajah dan Usia

Menristek Bambang mengapresiasi penyelenggaraan forum ini yang dinilainya sejalan dengan Strategi Nasional AI yang baru dipublikasikan.

Menristek juga menegaskan krusialnya inovasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mensukseskan visi Indonesia maju dalam mencapai negara berpenghasilan tinggi sebelum tahun 2045. 

Baca juga: Big Data dan Teknologi Kecerdasan Buatan Bantu Rumah Sakit Tangani Pasien Covid-19

Dengan meningkatnya perkembangan teknologi AI di Indonesia, Prof. Bambang menekankan, lebih dari sebelumnya, kehadiran para profesional dan eksekutif yang mahir di bidang teknologi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan transformasi digital di berbagai industri di Indonesia.

Menristek juga berharap kontribusi komunitas profesional mancanegara dalam lima bidang prioritias. Yakni, kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan, dan mobilitas dan kota cerdas.

Nurvirta Monarizqa (Mona), narasumber pertama diskusi ini memaparkan kisah perjalanannya sebelum menjadi Data Scientist di Microsoft, Seattle.

Mona yang mendapat gelar pascasarjananya dari New York University bercerita bahwa dalam mencari kerja, kegigihan sangat penting karena dia pun dulunya mengirim lamaran ke ratusan pekerjaan.

Dalam proses interview, kesulitan utamanya bukanlah di kemampuan teknis, namun rasa percaya diri.

Mona kemudian memutuskan bekerja selama 3 tahun di perusahaan yang lebih kecil di mana dia mengasah soft-skills dan tingkat percaya dirinya dengan berinteraksi langsung dengan berbagai klien, sebelum kemudian berpindah ke Microsoft.

"Mencari pekerjaan itu tentu tidak mudah, namun disinilah pentingnya kita bersikap ulet dan terus mempersiapkan diri sebaik mungkin, tanpa melupakan resume maupun proses interview yang ada," sebutnya.

Diskusi ini dilanjutkan dengan pemaparan oleh Kartina Saifuddin (Wina), Senior Vice President di Citi, New York. Wina memberikan kilas balik kepada pengalamannya bekerja dan berkembang secara profesional.

“Satu hal yang terus konsisten selama saya bekerja adalah pentingnya pikiran yang terbuka dan kemauan belajar,” tukas Wina.

Wina kini memimpin tim manajemen data di salah satu bank terbesar di Amerika Serikat tersebut.

Dia menceritakan perkembangan karirnya, dimulai dari mendapat gelar matematika dan ekonomi, bekerja di manajemen resiko, hingga sekarang hanya bisa terjadi karena dia memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

"Saya ingin tantangan yang baru dan keterampilan yang akan masih relevan 20 tahun kedepan nanti," ungkapnya.

Selain itu, Wina juga membuat hubungan dan mencari mentor yang baik sedini mungkin juga penting untuk mendapat masukan dari orang-orang yang telah sebelumnya melewati proses yang ingin dilalui.

Narasumber lainnya adalah Cipta Herwana (Cipta) yang menceritakan asal muasal passion-nya di bidang komputer.

Pemuda yang kini berkarir sebagai Machine Learning Engineer di Google Pay ini semakin melihat potensi dari implementasi teknologi di berbagai sektor.

“Kalau kita lihat sekarang AI/ML ini sudah mentransformasi berbagai hal: mulai metode penanganan COVID yang diberlakukan di Singapura hingga pengembangan mobil tanpa pengemudi, aku tidak sabar hingga AI/ML bisa membantu manusia dalam mengerjakan hal-hal yang bersifat repetitif,” ujar Cipta.

Forum ini ditutup statement oleh Muhammad Lutfi, Dubes LBBP Indonesia untuk AS.

Lutfi kembali menekankan pentingnya inovasi terutama dalam mempersiapkan Indonesia agar dapat menjadi negara maju sebelum habisnya dividen demografi di tahun 2038.

Contoh inovasi yang dibutuhkan adalah dalam bidang sustainable infrastructure: Saat ini produksi listrik di Indonesia yang berasal dari green power plant hanya sebesar kurang dari 5% - angka ini harus bisa naik hingga 25% di tahun mendatang.

“Indonesia akan dapat melakukan ini dengan orang-orang dan profesional seperti kalian. Semoga dengan teknologi digital ini kita bisa memulai banyak diskusi dan menjadi solusi [terhadap isu ini]." ujar Dubes Lutfi.

"Saya mengharapkan, melalui diskusi-diskusi seperti yang diadakan GIPA kali ini, kita dapat mempersiapkan lebih banyak orang untuk mengambil peran utama di pembentukan solusi tersebut” ujar Muhammad Lutfi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini