Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Operator di seluruh dunia kini mulai mengaktifkan jaringan 5G mereka sejak tahun lalu, menjanjikan kecepatan data super cepat dan pengalaman bermain game serta streaming yang lebih lancar.
Namun peluncuran global 5G, sejauh ini telah dirusak oleh kesenjangan dalam cakupannya.
Di Inggris, Ericsson Swedia telah dipilih untuk menggantikan raksasa telekomunikasi asal China Huawei dalam memasok BT dengan peralatan radio 5G di London dan kota-kota besar lainnya di negeri britania raya itu.
Ericsson mengatakan bahwa kesepakatan baru dengan BT akan menyediakan konektivitas bagi pelanggan unit seluler EE BT di London, Edinburgh, Belfast dan Cardiff, serta mengelola sekitar 50 persen dari total lalu lintas 5G di Inggris.
Baca juga: BONUM POS, Aplikasi Kasir Digital Serbabisa dari Telkom untuk UMKM Indonesia
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (29/10/2020), awal tahun ini, perusahaan itu menandatangani kontrak dengan BT untuk membangun bagian inti dari infrastruktur 5G-nya.
Sementara itu, saingan Ericsson, yakni Nokia telah menandatangani kesepakatan 5G secara terpisah dengan BT pada bulan lalu.
Baca juga: Telkom Dukung Wirausaha Milenial Guna Percepat Pertumbuhan Ekonomi Mikro
Perlu diketahui, jaringan 5G menawarkan kecepatan dan keandalan yang lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya, 4G.
Peluncuran Apple iPhone 12 pada awal bulan ini tentunya menunjukkan bahwa sudah ada permintaan konsumen untuk teknologi tersebut.
Keputusan untuk memberikan kontrak pasokan kepada Ericsson muncul setelah pemerintah Inggris melakukan perubahan pada bulan Juli lalu dan memutuskan untuk memblokir Huawei dari jaringan telepon seluler 5G-nya.
Ini dilakukan karena tekanan yang diberikan sekutunya, Amerika Serikat (AS) terkait kekhawatiran adanya spionase.
Baca juga: Lowongan Kerja Telkom Indonesia Digital Talent 2020: Tersedia 9 Posisi, Ini Syarat & Cara Daftarnya
Sebelumnya, pada akhir Januari 2020, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson memberi izin kepada Huawei untuk membangun hingga 35 persen jaringan 5G di negara itu.
Namun keputusan pengganti Theresa May itu akhirnya memicu kritik di AS yang mengklaim bahwa Huawei akan menimbulkan risiko keamanan yang cukup besar bagi aliansi intelijen Anglophone yang dikenal sebagai Five Eyes.
Dituding seperti itu, Huawei pun terus membantah perangkat jaringannya dapat memungkinkan China untuk memata-matai komunikasi sensitif.
Perusahaan ini bersikeras bahwa mereka independen dari pemerintah China, begitu pula pemerintah China yang juga membantah tuduhan tersebut.