TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Menyusul beberapa aksara Nusantara, Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) segera melakukan digitalisasi aksara Pegon agar tidak punah digilas perkembangan zaman.
Aksara Pegon adalah huruf Arab namun menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menuliskan bahasa selain Arab.
Selama ini aksara Pegon digunakan dalam penulisan naskah-naskah kuna di kalangan pesantren dalam bahasa Jawa.
Bahkan penggunaan aksara Pegon juga tersebar di berbagai daerah di nusantara hingga semenanjung Melayu.
Makna lafal Pegon berasal dari lafal Jawa pego, yang berarti menyimpang, karena memang menyimpang dari literatur Arab dan Jawa.
Baca juga: Lomba Bikin Website Berkonten Aksara Sunda Diperpanjang Sampai Awal 2021
Dalam program digitalisasi ini tidak akan dilakukan penyeragaman kaidah penggunaan aksara Pegon. Tim akan mengakomodasi sejumlah versi sebagaimana yang sudah lazim digunakan oleh komunitas yang berbeda.
Baca juga: Aksara Lontara Go Digital, PANDI Teken Kerjasama dengan Yayasan Aksara Lontara
Gagasan ini tercetus dalam sebuah pertemuan antara Tim PANDI dan pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlash, Mulyorejo, Dalegan, Kec Panceng, Kab. Gresik, Jawa Timur, Sabtu (21/11/2020) yang dihadiri Ketua PANDI Prof. Yudho Giri Sucahyo, Heru Nugroho, dan dua staf PANDI yaitu Chika Hayuningtyas dan Alicia Nabilla Wardhani serta K.H. Alfin Sunhaji, M.Pd dan pegiat aksara nusantara, Diaz Nawaksara.
Prof Yudho mengatakan, gagasan ini merupakan bagian dari program Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara yang selama ini sudah dijalankan dengan melakukan digitalisasi aksara Jawa, Bali, Sunda, Rejang, Batak, dan Bugis.
Dia mengatakan, PANDI melakukan upaya ini demi melestarikan bahasa-bahasa daerah sekaligus memberikan kontribusi bagi bangsa.
Dengan digitalisasi aksara Nusantara warisan leluhur, generasi muda dapat mengenal dan memahami aksara-aksara asli daerah di masa lalu.
Digitalisasi diyakini akan memudahkan proses pembinaan dan pengembangan aksara Pegon karena bisa diakses dari perangkat mobile sekaligus upaya pelestarian budaya lokal.
Yudho mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah dan PANDI akan terus melakukan upaya digitalisasi bersama dengan komunitas lokal.
Pondok Pesantren Al Ikhlas yang menginisiasi digitalisasi aksara Pegon berlokasi persis di pantai utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Pesantren ini dibangun tahun 2007 ini dan didirikan oleh KH Alfin Sunhaji (52 tahun) yang merupakan warga asli desa Mukyorejo, Dalegan.
Selain memimpin pondok pesantren, KH Alfin juga dikenal sebagai ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Cabang Gresik, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Dalegan dan memimpin Orkes Melayu.
Kompleks pesantren ini menyatu dengan rumah-rumah warga di desa pantai ini.
“Kami mendukung penuh gagasan (digitalisasi aksara Pegon) ini karena bisa melestarikan budaya pesantren di era digitalisasi, yang penting arahnya kemana (positif) kita mengikuti, yang penting jangan kemana-mana,” ujarnya.