TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Startup Qasir memperkenalkan aplikasi point of sale berbasis teknologi cloud dari Amazon Web Services (AWS) untuk memudahkan usahawan mikro kecil dan menengah (UMKM) menjalankan bisnis terutama di usaha perdagangan agar usahanya semakin cuan.
Aplikasi ini juga memudahkan UMKM mendapatkan dukungan permodalan untuk pengembangan usaha. Melalui aplikasi ini, setiap transaksi yang dilakukan menjadi tervalidasi.
Qasir juga menawarkan belasan fitur yang dapat dipersonalisasi sesuai kebutuhan dan karakter bisnis yang dikelola usahawan UMKM.
Fitur-fitur tersebut diantaranya adalah Manajemen Diskon, Pengaturan Struk Tambahan, Laporan Penjualan Otomatis, Cetak Tiket Pesanan, Struk Ringkas, Website Usaha, Catatan Tambahan, sampai Presensi Karyawan.
Novan Adrian, Chief Technology Officer Qasir dalam paparannya di acara diskusi virtual dengan media di Jakarta, Senin (18/1/2021) mengatakan, saat ini sekitar 500 ribu pelaku UMKM telah bergabung ke dalam ekosistem Qasir dengan 23 juta lebih transaksi senilai Rp 4,5 triliun lebih.
Baca juga: Cloud Kitchen Mudahkan Pemula Rintis Bisnis Food Delivery Tanpa Dibebani Banyak Biaya
"Kebanyakan UMKM yang terdaftar di Qasir bergerak di bidang F&B (makanan dan minuman), minimarket dan toko kelontong, dan layanan seluler seperti pulsa," ujar Novan Adrian.
Baca juga: Bangun Ekosistem Melalui Kolaborasi Start-Up, Qasir Genjot Pertumbuhan 230 Ribu Usahawan Mikro
Novan menjelaskan, Qasir memulai perjalanannya murni sebagai ekosistem Poin of Sale (POS), dan kini merambah ke segala lini usaha UMKM, mulai dari layanan keuangan, POS dan pembayaran, pemasaran, back-margin, hingga supply.
Baca juga: Nissan Juke Terbaru Sekarang Dilengkapi Teknologi AI Alexa Amazon
Model bisnis Qasir dikenal dengan nama ‘freemium’, yakni menyediakan sejumlah fitur gratis yang dapat dinikmati tanpa dikenakan biaya (versi basic), namun juga menawarkan beberapa fitur ekslusif yang lebih canggih dan sifatnya berbayar (versi pro) dengan beberapa fitur seperti diulas di atas.
Semua fitur di atas tersedia secara terpisah dan harganya pun terjangkau, sehingga usahawan dapat berlangganan fitur-fitur yang diinginkan saja sesuai dengan kebutuhan.
Dijelaskan, versi basic bisa dinikmati oleh para pelaku UMKM yang baru saja menginjakkan kakinya di dunia usaha, tetapi mereka yang ingin serius ‘naik kelas’ ke tahap berikutnya dapat mempertimbangkan beralih ke versi pro.
Mengutip hasil riset internal oleh Qasir, salah satu kesamaan milik UMKM yang berhasil adalah akses kepada permodalan yang tepat. Untuk memperoleh permodalan, salah satu cara paling sederhana adalah melakukan validasi transaksi sebagai landasan untuk membuat pengajuan.
"Dengan teknologi Qasir, UMKM terbantu bukan hanya dari segi teknologi, melainkan dalam hal permodalan pula," ujarnya.
Saat ini Qasir menggandeng perusahaan teknologi finansial (fintech) Qazwa yang bergerak dalam bidang pembiayaan Syariah serta KoinWorks.
Di luar aspek permodalan, Qasir juga menawarkan penyediaan bahan baku (fulfillment), integrasi dengan payment point online bank (PPOB) untuk menciptakan produk digital yang kompetitif, integrasi dengan QRIS untuk pembayaran digital, dan membuat wadah dalam bentuk komunitas bernama EduQasir bagi pelaku UMKM untuk bertukar wawasan dan pengetahuan.
Melalui komunitas tersebut, Qasir dapat menjangkau beberapa daerah terluar seperti Provinsi Papua.
Beberapa inovasi dari Qasir untuk para pelaku UMKM selama pandemi meliputi pembuatan website usaha dan integrasi dengan GrabFood untuk memudahkan pembayaran dan pencatatan.
Novan juga menyebutkan, sebagai startup, Qasir memanfaatkan teknologi cloud dari Amazon Web Services (AWS) sejak hari pertama kelahirannya. Keputusan ini didasari oleh pengalaman Novan dalam menangani beberapa proyek sebelum merintis usahanya sendiri.
Novan melihat, sebagai penyedia cloud, AWS yang tak hanya cocok bagi korporasi-korporasi besar, melainkan juga untuk perusahaan startup yang baru memulai, masih berukuran kecil, dan masih melakukan validasi terhadap produknya di pasar.
Selain infrastruktur cloud sendiri, AWS juga memberikan bantuan dalam bentuk credits selama masa validasi produk.
6. Perjalanan Qasir bersama AWS terkait erat dengan pertumbuhannya sebagai perusahaan startup yang memulai dari nol.
Perjalanan tersebut dibagi menjadi tiga tahap: early stage (kisaran 0-100 ribu pengguna), growth stage (100-500 ribu pengguna), dan sustainability stage (>500 ribu pengguna). Pada saat early stage, Qasir menggunakan Amazon Elastic Compute Cloud (EC2) dan Amazon Relational Database Service (RDS) untuk MySQL.
Pada tahap berikutnya atau growing stage, Qasir menambah jumlah Elastic Compute yang digunakannya, baik untuk aplikasi, frontend, serta backend, dan memisahkan beberapa beban kerja pada aplikasi agar tidak saling tumpang-tindih.
Saat ini Qasir telah memasuki sustainability stage dengan lebih dari 500 ribu pengguna.
Novan kemudian mengupgrade ke layanan Auto Scaling group yang memungkinkannya untuk melakukan scaling up maupun scaling down sesuai dengan trafik yang ada secara otomatis dan tanpa downtime, bahkan dalam kondisi darurat sekalipun.
Berkat Auto Scaling group, Qasir mampu menghemat hingga 500 dolar AS setiap bulannya, karena harganya tidak dipatok rata dan Qasir hanya perlu membayar sesuai penggunaan. Dengan kata lain, misalnya di saat trafik rendah, biaya yang dikeluarkan juga akan otomatis lebih rendah.