Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi peretas informasi dunia maya atau hacker memang terkenal dengan aksi nekatnya untuk membobol sebuah portal informasi.
Seperti yang terjadi di Korea Selatan baru-baru ini. Seorang peretas asal Korea Utara dikabarkan berusaha membobol informasi terkait vaksin dan pengobatan infeksi virus Covid-19.
Peretas tersebut berusaha melancarkan aksinya melalui upaya pembobolan informasi dari situs perusahaan farmasi Pfizer Inc.
Aksi hacker asal Korut itu dibenarkan oleh Badan Intelijen Korea (NIS). NIS mengklaim telah menggagalkan upaya seteru politiknya itu dalam meretas situs perusahaan Korsel yang turut mengembangkan vaksin Covid-19 Pfizer.
Baca juga: 2 Hacker Asal Banten Tipu Perusahaan Italia hingga Rp 58,8 Miliar, Ini Perannya Masing-masing
Melansir Reuters, informasi tentang upaya peretasan hacker Korut terhadap Pfizer disampaikan anggota oposisi dari panel intelijen parlemen Korsel, yakni Ha Te-keung.
Ha mengatakan Pfizer merupakan dari sekian banyak perusahaan farmasi di Korsel yang ditargetkan untuk diretas oleh Korut.
Baca juga: Peretas dari Korut Serang Perusahaan Farmasi Korsel yang Kembangkan Vaksin Covid-19
"Ada upaya untuk mencuri vaksin Covid dan teknologi pengobatan selama serangan dunia maya dan Pfizer diretas," kata Ha seperti diberitakan Reuters, Rabu (17/2/2021).
Ha memang tidak merinci kapan upaya peretasan Korut dalam mencuri informasi vaksin dari Pfizer.
Namun, Ha memastikan bahwa upaya peretasan yang dilakukan oleh Korut itu ada dalam upaya mencuri informasi tentang vaksin dan pengobatan.
Perwakilan Kantor Pfizer di Asia dan Korea Selatan hingga saat ini belum memberikan tanggapan terkait upaya peretasan situs informasi vaksin miliknya itu.
Praktik spionase digital yang menargetkan badan kesehatan, ilmuwan vaksin, dan pembuat obat telah melonjak selama pandemi Covid-19.
Bahkan aksi ini disinyalir dilakukan oleh negara-negara yang memiliki mata-mata ulung yang berada di balik para peretas tersebut.
Selain Pfizer, Korut juga sempat terdeteksi membobol sistem sembilan perusahaan kesehatan, seperti Johnson & Johnson, Novavax Inc, dan AstraZeneca.
Dalam laporan SMCP memberitakan, pakar kesehatan mengatakan upaya peretas yang dilakukan Korut bertujuan untuk menjual data yang dicuri ketimbang menggunakannya untuk mengembangkan vaksin bagi kebutuhan dalam negerinya.
Korut sendiri diperkirakan akan menerima hampir 2 juta dosis vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca-Oxford pada paruh pertama tahun 2021 melalui program berbagi vaksin COVAX.