Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bekerja di perusahaan rintisan atau startup kini menjadi pilihan karier bagi mahasiswa tingkat akhir atau yang baru lulus kuliah.
Startup, yang dapat diartikan sebagai perusahaan moderen yang melibatkan teknologi dan inovasi, dinilai cocok dengan karakteristik milenial dan generasi Z yang melek teknologi alias tech savvy.
Startup bahkan dianggap sebagai tempat kerja yang bebas, seru sekaligus menantang.
Namun, seperti apa sebenarnya kultur di dunia startup?
Pertanyaan ini dijawab oleh Prisca Niken, seorang Senior Public Relation Manager di Qoala, sebuah startup terkemuka yang bergerak di bidang teknologi asuransi (insurtech/ insurance technology).
Niken memberikan gambaran tentang bekerja di startup dalam diskusi virtual bertajuk Unleash Your Potential: Understanding Your Personality Type for Career Success.
Webinar ini digelar oleh Telkom University bersama platform management talent, ID Talent, akhir pekan lalu.
Baca juga: Perlu Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan agar Startups Tumbuh dan Menarik Investor
Menurut Niken, startup menawarkan kesempatan besar untuk mengeksplorasi kualitas diri.
Startup membuat seseorang menjadi lebih mandiri dalam mengelola pekerjaan.
Pasalnya, tanggung jawab pekerjaan terletak di diri masing-masing individu, bukan pada diri atasan saja.
Hal ini justru harus disikapi positif, karena kualitas diri karyawan akan berkembang sekaligus memberikan dampak yang besar bagi perusahaan.
"Ada banyak tanggung jawab yang cukup besar yang diberikan perusahaan ke kita.
Startup merekrut kita karena skill yang kita punya, tapi ketika sudah masuk di dunia startup, kita dituntut lebih kreatif dan memiliki inisiatif.
Kita dituntut untuk berlari cepat mengikuti inovasi yang dilakukan oleh perusahaan demi meraih tujuan yang dipatok perusahaan startup sejak awal," ujar Niken.
Niken menambahkan, bekerja di startup mampu meningkatkan karir seseorang secara lebih cepat.
Startup menyediakan ruang seluas-luasnya untuk berkreativitas, menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan mengedepankan kenyamanan dalam bekerja.
Lingkungan kerja di startup juga sangat suportif, karena diisi oleh orang-orang yang memiliki semangat kerja yang sama.
"Hal ini saya temui di Qoala. Kultur Qoala yang mengedepankan antusiasme dan kedinamisan.
Di Qoala, karyawan dituntut untuk mengambil inisiatif untuk melakukan hal-hal yang benar bagi diri sendiri dan perusahaan.
Qoala juga mengajarkan untuk menikmati setiap proses dan menjunjung tinggi integritas," ujar Niken yang merupakan mantan jurnalis dan penyiar berita Liputan 6 SCTV ini.
Intinya, sambung Niken, seluruh kontrol ada di diri sendiri.
Menurut dia, karyawan yang bekerja di startup dituntut untuk bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan.
Karena itu, penting untuk membekali diri dengan pengetahuan tambahan yang akhirnya bisa membantu karyawan dalam bekerja.
"Generasi milenial dan generasi Z dianggap punya ide brilian, punya kekuatan lebih dibanding generasi sebelumnya.
Apabila ingin bekerja di startup, bekali diri dengan benar. Jangan pernah bosan untuk ikut pelatihan-pelatihan yang bisa mengembangkan soft skill.
Percayalah, startup bisa menjadi tempat yang akan membekali kita menjadi calon entrepreneur tangguh," kata Niken.