Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengembangan 5G di Indonesia telah dilakukan setelah operator Telkomsel resmi menghadirkan jaringan itu pada 27 Mei 2021 lalu dan dikembangkan bertahap di beberapa daerah.
Selain kendala infrastruktur, faktor lainnya adalah masih digunakannya di jaringan 2G dan 3G di Indonesia
Perusahaan analisis mobile, Open Signal menyarankan seharusnya kick off 5G di Indonesia dibarengi dengan penghapusan sinyal 2G dan 3G. Hal itu dirasa penting untuk mengoptimalkan jaringan 5G di Indonesia agar tak tumpang tindih.
Menurut Open Signal, operator seluler di Indonesia perlu memperbarui bagian dari sejumlah pita yakni 800Mhz, 900Mhz, 1800 Mhz, dan 2100 Mhz untuk 4G. Sayangnya, di saat bersamaan operator seluler masih bergantung dengan pita frekuensi 900Mhz dan 1800Mhz untuk 2G serta 3G pada 2100 Mhz.
"Apabila pita frekuensi tersebut dapat digunakan untuk layanan 4G, pengalaman seluler di Indonesia akan meningkat saat 5G dikembangkan. Karena jaringan 4G dan 5G memiliki tingkat efisiensi dan benefit dalam kapasitas spektrum dibandingkan dengan teknologi lama 2G dan 3G," tulis analisis Open Signal dikutip dari keterangan resminya, Kamis (10/6/2021).
Baca juga: Teknologi 5G Akan Bunuh Industri Game Konsol
Selain itu, Open Signal mengatakan standar dari teknologi 5G bisa mendukung kecepatan lebih cepat serta penggunaan data lebih banyak. Hal itu dibuktikan jika 5G membuat bertambahnya pengguna pada pita Mhz yang sama dibandingkan 2G dan 3G.
Baca juga: Smartfren-Realme Uji Coba Jaringan 5G, Seperti Apa Implementasinya?
Menurut data Open Signal, terdapat kesenjangan pengalaman pengguna jaringan seluler antara pemakai 3G dan 4G yang sangat signifikan.
Banyak pengguna seluler tidak merasakan manfaat dari 4G disebabkan tidak berlangganan bukan karena jangkauan. Hal inilah yang membuat analisis Open Signal agar jaringan 4G diperluas dan meniadakan 2G/3G.
Baca juga: Realme Segera Rilis Ponsel Paling 5G Termurah di Indonesia, Seperti Apa Fiturnya?
Dengan begitu masyarakat akan mendapatkan manfaat jika pengguna migrasi 3G ke 4G serta memperbarui pita spektrum 2G/3G ke layanan 4G.
"Hal itu akan membantu mempercepat penyebaran jaringan 4G dan 5G yang dapat menjembatani kesenjangan digital di Indonesia. Terutama dalam upaya meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan dan mendorong perkembangan sosial-ekonomi yang positif yang jauh lebih efisien," jelas Open Signal.
Open Signal meriset tentang fenomena pengguna jaringan 2G atau 3G only user tidak pernah terhubung dengan 4G. Alasan pertama adalah pengguna tidak berlangganan 4G, temuan ini tentu mengejutkan di saat momen transformasi digital di Indonesia gencar dilakukan operator seluler.
Dalam temuan Open Signal, sebanyak 67,5 Persen pengguna 3G di Indonesia memiliki smartphone 4G dan menghabiskan waktu di area jaringan tersebut. Kemungkinannya mereka tidak melakukan peningkatan berlangganan 4G atau menonaktifkan koneksi 4G pada ponselnya, sebab hampir semua paket data internet sudah mendukung jaringan 4G.
Alasan lain adalah pengguna tidak memiliki ponsel yang mendukung fitur jaringan 4G. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa harga ponsel yang makin terjangkau nyatanya tak membuat masyarakat berpenghasilan rendah mampu membeli ponsel yang kompatibel.
Open Signal juga mencatat, sebanyak 16,8 persen pengguna 3G menghabiskan waktu di area 4G tapi tidak memiliki perangkat pendukung. Tak hanya itu, banyak di antara mereka berada di area yang tidak terjangkau 4G.
Sebanyak 10,9 Persen pengguna 3G memiliki ponsel 4G, namun tidak berada di area yang tidak terjangkau 4G.