Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto Darwin menilai startup eFishery memiliki peluang menjadi unicorn RI berikutnya.
Menurut Doni, sudah cukup lama Indonesia tidak mencetak unicorn dan potensi itu ada eFishery sebagai pemain ekosistem budidaya perikanan end-to-end.
Baca juga: KKP Dukung Startup eFishery Tingkatkan Produksi Komoditas Perikanan Bernilai Ekonomi Tinggi
“Selama ini unicorn banyak dari marketplace atau pemain logistik. eFishery berpeluang besar menjadi the next Unicorn. eFishery tidak hanya terlibat mulai dari produksi, tetapi juga funding hingga akses ke pasar bagi produk pembudidaya,” tutur Doni dalam dialog virtual, Kamis (8/7/2021).
Dia menilai eFishery hanya perlu melengkapi payment system untuk kemudahan layanan mereka.
“Kalau ada payment system maka lengkap sudah,” imbuhnya.
Baca juga: Tumbuh Bersama Para Pembudidaya, eFishery Sukses Raup Revenue hingga Rp1,3 Trilliun
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga mendukung eFishery untuk meningkatkan produksi perikanan khususnya tiga jenis komoditas perikanan yang nilai ekonomi tinggi yakni udang, lobster, dan rumput laut.
"Dalam tiga tahun ke depan kita ingin udang, lobster, dan rumput laut ini jadi ikon komoditas ekspor Indonesia. Karena kita pada dasarnya punya kemampuan itu," ucap Doni.
Merujuk data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Desember 2020 lalu, saat ini perikanan budidaya baru berkontribusi sebesar 16 persen dari total produksi 100 juta ton per tahun.
Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah menyebut perusahaannya beruntung dapat membantu pemerintah dan masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
Di pertengahan 2020, eFishery meluncurkan program sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi dengan memberikan 30 ton ikan ke lebih dari 10.000 orang tenaga kesehatan dan masyarakat lainnya.
“Agustus tahun lalu, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia minus 5,32 persen dan menjadi yang terendah sejak krisis moneter 1998. Banyak sektor yang terpukul, akibatnya lebih dari 3,5 juta orang kehilangan pekerjaan akibat pandemi,” ungkap Gibran.