Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggapan bahwa perangkat ponsel milik Apple, iPhone merupakan smartphone dengan sistem keamanan paling canggih dan punya privasi kuat tak selamanya benar.
Hal itu terbukti jika sistem keamanan ponsel anyar besutan mendiang Steve Jobs itu berhasil tembus spyware Pegasus buatan perusahaan Israel, NSO Group. Bersimpati atas kejadian itu, Bos WhatsApp, Will Cathcart memberikan saran untuk Apple dalam menghadapi spyware yang diketahui juga menyeranng politisi, aktivis, jurnalis, dan beberapa aplikasi.
Baca juga: Apakah Ponselmu Terserang Spyware Pegasus? Begini Cara Mengeceknya
Spyware Pegasus yang mendunia juga jadi agensi khusus Amnesty International.
Lembaga non profit itu mengungkap daftar berisi ribuan nomor telepon yang diduga menjadi sasaran spyware tersebut. Beberapa di antara nomor tersebut merupakan milik presiden, menteri, aktivis dan jurnalis.
Baca juga: Saat Presiden Prancis Desak Israel Gegara Spyware, Bagaimana dan Apa Itu Serangan Siber Pegasus?
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian beberapa waktu lalu, Cathcart memuji langkah Microsoft dan perusahaan teknologi lainnya yang mengungkap bahaya malware dari Pegasus. Tapi, sikap kontradiktif malah ditunjukkan Apple yang tak melakukan langkah yang serupa.
"Saya harap Apple akan mengambil pendekatan itu juga. Bicara yang lantang, ikut bergabung bersama perusahaan teknologi lain untuk menghalau serangan Pegasus," kata Cathcart seperti dikutip dari Independent, Selasa (27/7/2021)
Bahkan, Cathcart menganggap Apple terlalu enteng dalam menanggapi isu global ini. Apple cenderung menganggap spyware dari Pegasus itu hanyalah sebuah aksi yang menargetkan pihak-pihak tertentu.
"Tidak cukup hanya mengatakan sebagian besar pengguna kami tidak perlu khawatir, tidak cukup pula mengatakan 'oh ini hanya memiliki puluhan ribu korban'.
Baca juga: Telepon Masuk Daftar Sadap Pegasus, Presiden Prancis Emmanuel Macron Ganti Telepon dan Nomornya
Jika ini mempengaruhi jurnalis di seluruh dunia, ini ancaman bagi pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, itu mempengaruhi kita semua. Akhirnya semua jenis ponsel tidak aman dari ancaman ini," imbuhnya.
Cathcart mengungkapkan ia adanya misi khusus antara serangan Pegasus ke pengguna WhatsApp dengan laporan yang diterbitkan Amnesty International. Ia juga mengatakan telah berdiskusi dengan beberapa tokoh pemerintah di seluruh dunia mengenai serangan spyware Pegasus ke pengguna Whatsapp.
WhatsApp sendiri merupakan salah satu korban dari spyware Pegasus pada tahun 2019 lalu. Sebanyak 1.400 pengguna WhatsApp menjadi target spyware Pegasus, sampai-sampai aplikasi messaging itu menggugat NSO Group.
Klien utama yang membeli sistem spyware Pegasus dari NSO Group adalah pemerintah untuk mengawasi ponsel yang dicurigai milik kelompok teroris. Spyware ini begitu senyap dan sangat canggih dalam melancarkan aksi pengintaiannya.
Pegasus mampu mencuri berbagai data atau jejak digital dari ponsel seperti pesan, foto, email, dokumen dan file penting lainnya. Bahkan, spyware Pegasus bisa mengaktifkan mikrofon, kamera, pencarian lokasi, dan sejumlah fitur lainnya di ponsel tanpa sepengetahuan penggunanya.