TRIBUNNEWS.COM - Apple menciptakan sebuah pencapaian terbarunya di tahun 2021.
Capaian tersebut berkat salah satu produk andalannya, yaitu iPhone.
Sejak diperkenalkan pertama kali oleh mendiang Steve Jobs pada tahun 2007, iPhone mencapai penjualan hingga 2 miliar unit pada September 2021 ini.
Pencapaian tersebut diraih dalam 7 tahun setelah pada tahun 2014 mencapai penjualan 1 miliar unit dengan peluncuran iPhone 6, yang dianggap sebagai loncatan di sektor smartphone kala itu.
Baca juga: Apple Dikabarkan akan Bayar Bonus Karyawan Outlet Hingga 1.000 Dolar AS
Baca juga: iOS 15 Rilis Hari Ini, Fitur Apple Apa Yang Baru?
Dilansir appleinsider.com, perilisan tiap tahun dari Apple menjadikan adanya banjir produk yang terjadi di pasar.
Hal tersebut menyebabkan banyaknya varian yang bisa dipilih oleh konsumen.
Kesimpulan tersebut juga didukung oleh laporan salah satu analis dari Asmyco, Horace Dediu.
Dia mengungkapkan, saat ini terdapat 1 miliar pengguna iPhone di seluruh dunia dengan 60 persennya berada di pasar Amerika Serikat.
Bahkan, terdapat perpindahan pemakaian dari pengguna Android ke iPhone.
Pengguna smartphone berbasis Android di Amerika Serikat berpindah ke iPhone dengan persentase 14 persen pada dua tahun terakhir.
Terkait penyebab iPhone mampu terjual sebanyak 2 miliar unit sampai tahun ini, Horace mengatakan, ada dua faktor penting yang dimiliki Apple.
Faktor tersebut yaitu nilai tukar tambah antar produk yang tetap tinggi, fitur yang tidak diketahui akan dibutuhkan atau tidak oleh penggunannya sendiri, serta personal branding dari pengguna ketika sudah menggunakan iPhone.
Tukar tambah terhadap iPhone lama yang setinggi 1.000 dolar AS atau Rp 14,2 juta mendorong banyak pengguna untuk upgrade ketika sebelumnya menghadapi keraguan terhadap harga pada varian terbaru.
Keinginan pengguna iPhone untuk selalu melakukan upgrade ke produk terbaru membuat Apple dapat menaikan jumlah unit yang dijual.
Selain faktor tukar tambah yang dinilai tinggi, Horace mengungkapkan adanya penambahan fitur atau pembaharuan yang bahkan tidak diketahui kegunaannya oleh pengguna.
Faktor tersebut dinamai oleh Horace sebagai dilema "faster horse".
"Kita (pengguna) tidak meminta untuk fitur seperti mode malam, rack focus, post production focus, kamera makro dan hasil yang bersifat bokeh."
"Namun ketika Apple meluncurkan fitur tersebut maka pengguna secara berlahan memakainnya dan menuntut untuk semakin disempurnakan di produk iPhone terbaru," ungkapnya dikutip dari Phone Arena.
Selain itu, Horace juga mencontohkan keberadaan iPhone 13.
Dia mengungkapkan, kamera di iPhone 13 di setiap varian terlihat tidak direncanakan untuk menggantikan kamera profesional.
Sementara itu, kamera tersebut hanya dibuat bagi orang awam yang tidak terjun ke dunia fotografi untuk membuat terkesan orang lain saja.
Sehingga dirinya menyimpulkan, orang biasa juga bisa menciptakan foto yang dikatakan setara dengan hasil dari fotografer profesional.
"Orang biasa dengan peralatan luar biasa dapat menciptakan hasil yang luar biasa," tuturnya.
Permintaan terhadap fitur iPhone yang semakin tinggi tiap tahunnya tersebut menjadi faktor lain bagi pengguna untuk selalu melakukan pembelian varian iPhone terbaru.
Adanya impresi dari orang lain terhadap pengguna iPhone tentu menaikan statusnya di tataran sosial.
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas akan membuat Apple tidak hanya mendongkrak pembelian oleh konsumen, tapi menaikan pula sahamnya di pasar dengan memanfaatkan market yang begitu luas.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Apple