Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masuknya Indonesia pada era revolusi industri 4.0 yang berkarakteristik teknologi menggunakan Artificial Intelligence (AI) mengubah banyak aspek kehidupan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, semakin banyak industri yang menggunakan AI dalam proses bisnisnya, baik untuk membuat dan menyediakan produk maupun membuat teknologi baru berbasis AI.
Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Del, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penggunaan AI yang tepat guna akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat dan negara dalam menghadapi berbagai masalah yang muncul.
"Kita harapkan suatu saat muncul pemuda-pemuda hebat di bidang AI yang mampu menjawab berbagai permasalahan yang ada,” kata Luhut saat Simposium Nasional yang dilaksanakan langsung secara daring yang diadakan Institut Teknologi Del (IT Del), Kamis (30/9/2021).
Baca juga: Fitur PeduliLindungi Dapat Diakses di Aplikasi Lain Mulai Oktober 2021, Ini Daftar Aplikasinya
Baca juga: Aplikasi Ini Bisa Jadi Solusi untuk Konsumen Beli Aki Secara Online
Kegiatan ini mendapat antusiasme luar biasa dengan jumlah mencapai 1.000 peserta yang terdiri dari berbagai kalangan, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, praktisi, serta masyarakat umum.
Pemerintah sendiri telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mendukung pemanfaatan AI, salah satunya adalah menyiapkan dan mengembangkan talenta digital yang cakap teknologi AI.
Selain itu, dalam cakupan industri, penerapan AI juga telah banyak dimanfaatkan pada berbagai sektor.
Dikatakannnya, pertumbuhan ini berdampak langsung pada kebutuhan talenta AI yang unggul untuk mendukung industri tersebut dan Indonesia belum mampu mengimbangi tingginya kebutuhan akan talenta AI.
Baca juga: Sejarah Singkat Perkembangan Komputer dari Masa ke Masa
Mengacu data Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami kesenjangan talenta digital, karena saat ini Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital dalam 15 tahun atau rata-rata 600.000 talenta digital setiap tahunnya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim mengatakan, dimulainya inisiatif kampus kecerdasan artifisial oleh IT Del merupakan salah satu cara yang strategis untuk mempersiapkan para mahasiswa menghadapi tantangan masa depan.
“Saya yakin pemanfaatan AI ini akan membantu perguruan tinggi mengakselerasi peningkatan mutu lembaga dan pembelajaran yang sejalan dengan tujuan merdeka belajar dalam program Kampus Merdeka.
Namun demikian, untuk menjawab tantangan masa depan, mahasiswa tidak hanya harus cerdas secara inteligensi, tetapi juga matang secara karakter,” katanya.
Sementara dalam paparannya mengenai “AI for Tourism", Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno menyampaikan, dalam strategi pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (parekraf), pemerintah telah menerapkan teknologi AI dan menggunakan inovasi Big Data, Machine Learning, Internet of Things, serta digitalisasi termasuk robotik.
“Orkestrasi pemulihan parekraf ini melibatkan model Pentahelix, bukan hanya pemerintah tetapi juga beberapa pihak termasuk akademisi.
Maka dari itu, kita mengajak teman-teman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan IT Del untuk bisa menjadi bagian yang super aktif dalam pembangunan model Pentahelix ini,” jelas Sandi.
Pada Simposium ini, pemaparan dibagi menjadi dua sesi.
Di antara para pembicara adalah Rektor IT Del Prof. Togar Simatupang, Al Solution Sales Head Huawei Randal Wang, dan Anggota Kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Dr. Saswinadi Sasmojo, memaparkan topik AI dalam perspektif teoritis pada sesi pertama.
Di samping itu, Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BRIN Dr. Drs. Agung Eru Wibowo memaparkan pengaplikasian AI dalam bidang Farmasi dan Kesehatan, sedangkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A menyampaikan pandangannya terkait pengaplikasian AI dalam sektor pariwisata.