TRIBUNNEWS.COM – Berkontribusi menghasilkan 60% dari PDB dan mampu menyerap hingga 97% tenaga kerja, UMKM telah menjadi tulang punggung bagi perekonomian Indonesia. Menurut Laporan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) Indonesia, 99,99% bisnis di Indonesia terdiri dari UMKM, dengan total 64 juta unit.
Sayangnya, pandemi yang melanda Indonesia sejak tahun 2020 lalu telah berdampak secara signifikan bagi berbagai jenis usaha, termasuk UMKM. Data dari Bank Indonesia menunjukkan, 93,2% UMKM mengalami dampak negatif dari sisi penjualan dikarenakan pandemi per Maret 2021.
Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kemenkop UKM, Eddy Satriya dalam acara “Scale Up with Whatsapp” menyebutkan bahwa sektor UMKM yang paling terdampak pandemi adalah sektor akomodasi dan makanan-minuman dengan jumlah 35,88%, disusul UMKM perdagangan besar dan eceran sebanyak 25,33%, kemudian industri pengolahan sebanyak 17,83%.
Masa depan besar dari UMKM ada di kota kecil
Di situasi badai pandemi, usaha untuk mengedepankan dan memajukan bisnis UMKM di kota-kota kecil dan kabupaten menjadi sebuah hal yang perlu diutamakan. Pasalnya, kota-kota kecil memiliki potensi yang sangat besar pada sektor UMKM-nya.
Berdasarkan data dari situs resmi Kemenkop UKM, berbagai kabupaten dan kota kecil telah memiliki ribuan jumlah UMKM. Misalnya Kabupaten Kupang dengan jumlah 44.639 UMKM, Kota Pekanbaru dengan 105.445 UMKM, Kabupaten Malang dengan 417.373 UMKM, serta Kota Surakarta: 82.531 UMKM
Laporan Perekonomian Provinsi dari Bank Indonesia per Agustus 2021 juga menunjukkan bahwa beberapa daerah telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi dalam setahun terakhir, yang didorong oleh dukungan pemerintah nasional maupun lokal. Pertumbuhan ini juga dipengaruhi oleh dukungan untuk UMKM, pendampingan untuk transformasi digital, serta vaksinasi untuk UMKM dari pemerintah serta pihak swasta.
Daerah-daerah tersebut adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Riau, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2021 yang cukup signifikan dari triwulan sebelumnya, wilayah-wilayah ini memiliki potensi dalam perbaikan ekonomi, termasuk dalam hal pertumbuhan sektor perdagangan, UMKM, dan pedagang eceran. Dengan hasil tersebut, diharapkan daerah-daerah tersebut dapat terus maju, termasuk juga sektor UMKMnya.
Digitalisasi dan konektivitas, kunci penting untuk UMKM di kota-kota kecil
Meski dengan potensi besar yang tersebar di berbagai daerah, masih terdapat tantangan yang menghambat para pelaku UMKM di kota-kota kecil untuk tumbuh dan berkembang. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya pengetahuan, akses serta literasi digital yang dimiliki oleh UMKM di kota-kota kecil.
Terlebih lagi, saat ini mayoritas percepatan digitalisasi masih terkonsentrasi di kota-kota besar, di mana akses dan infrastruktur sudah lebih lengkap dan memudahkan proses tersebut.
Berdasarkan data dari East Ventures Digital Competitiveness Index 2021, daya saing digital di Indonesia cenderung didominasi oleh provinsi besar yang umumnya berlokasi di Jawa dan daerah lain seperti Nusa Tenggara serta Sulawesi Selatan cenderung berada di posisi yang lebih bawah. Sementara itu, data dari Kearney menyebutkan bahwa lebih dari 80% masyarakat di kota-kota tier 2 dan 3 masih kurang memahami platform digital.
Permasalahan konektivitas juga menjadi kendala lainnya. Menteri Airlangga Hartarto dalam East Ventures Digital Competitiveness Index 2021 menyatakan bahwa Indonesia masih mengalami kekurangan pada konektivitas antar pulau, dan hal tersebut menghambat percepatan adopsi ekonomi digital. Data APJII 2019-2020 caturwulan 2 menunjukkan bahwa kontribusi internet per wilayah juga masih didominasi Pulau Jawa, sementara Pulau Maluku dan Papua berada di posisi terakhir.
Kedua permasalahan tersebut telah menimbulkan ketimpangan antara kemajuan serta daya saing digital UMKM di kota-kota besar dengan UMKM di kota-kota kecil.
Ketimpangan ini juga disertai dengan masih enggannya para pelaku UMKM untuk melakukan adaptasi digital. Bisnis UMKM umumnya dijalankan oleh orang yang berumur lebih tua, yang cenderung skeptis terhadap teknologi. Hal ini kemudian menghambat mereka dalam melakukan adaptasi serta mengadopsi layanan digital. Padahal, adaptasi dan adopsi digital ini menjadi hal yang krusial bagi UMKM, terutama ketika pembatasan mobilitas diberlakukan dan masyarakat beralih dari toko fisik ke e-commerce atau platform digital.
Melihat permasalahan serta tantangan yang ada, literasi digital menjadi sebuah langkah utama yang diperlukan dalam mewujudkan digitalisasi UMKM, terutama di kota-kota kecil. Maka dari itu, Pemerintah perlu melakukan edukasi untuk meningkatkan literasi digital masyarakat.
Menteri Airlangga menyebutkan, dibutuhkan penanganan secara khusus terhadap daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) dalam hal digitalisasi, terutama dengan membangun akses internet di wilayah 3T.
Untuk menjawab tantangan yang ada dalam digitalisasi UMKM, pemerintah juga telah mencanangkan program digitalisasi dengan target sebanyak 30 juta pelaku UMKM masuk dalam ekosistem digital pada tahun 2024.
Grab dan Emtek Group siap atasi tantangan UMKM di kota-kota kecil
Selain pemerintah, peranan pihak swasta juga menjadi hal yang dibutuhkan dalam mengatasi tantangan yang dialami oleh UMKM, khususnya di kota-kota kecil
Dalam rangka mendorong inklusi digital dan finansial bagi seluruh masyarakat Indonesia, Grab Indonesia menunjukkan komitmennya untuk mendukung UMKM di kota-kota kecil melalui kemitraan strategisnya dengan Emtek Group.
Kerja sama antara Grab Indonesia dan Emtek Group ini khususnya ditujukan bagi UMKM yang berada di kota-kota kecil dan kabupaten di Indonesia demi menjawab tantangan yang masih dialami oleh UMKM di daerah-daerah tersebut.
Ketimpangan yang terdapat di antara UMKM di kota-kota besar dengan kota-kota kecil membuat Grab dan Emtek Group menyadari bahwa diperlukan pertumbuhan yang inklusif dalam rangka memajukan UMKM di daerah yang lebih kecil, sehingga mereka juga bisa turut berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi bangsa.
Maka dari itu, Grab dan Emtek Group akan menyelenggarakan program akselerator ekstensif yang menargetkan 4.500 UMKM dan fokus pada program terintegrasi.
Melalui program-program tersebut, Grab dan Emtek Group percaya bahwa upaya-upaya terbaik sangatlah penting untuk dilakukan demi membantu UMKM bertahan di masa pandemi. Selain bentuk pendampingan, UMKM juga turut didorong untuk melakukan digitalisasi agar para pelaku UMKM bisa memperoleh manfaat dari ekonomi digital.
Kehadiran GrabExpress dorong kemajuan UMKM di masa pandemi
Meski dengan tantangan yang melanda, beberapa UMKM di daerah dan kota-kota kecil telah berhasil memanfaatkan platform digital serta mengembangkan bisnis UMKM mereka.
Kesuksesan yang mereka raih telah menunjukkan bahwa persepsi mengenai kesuksesan berbisnis hanya bisa diraih jika dilakukan di kota-kota besar adalah anggapan yang salah. Bahkan, para pelaku UMKM tersebut berhasil meningkatkan perekonomian serta melestarikan produk unggulan daerah dengan usaha mereka.
Melalui platform digital, UMKM dapat menjangkau konsumen yang lebih besar dan lebih luas. Bayangkan saja jika seorang pedagang sei sapi di Kupang memanfaatkan digitalisasi untuk menjangkau pembeli dari luar Kupang, bahkan hingga ke penjuru Indonesia.
Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang besar, mulai dari efisiensi biaya, hingga omzet yang lebih besar. Konsumen di wilayah lain pun juga dapat merasakan manfaatnya. Dengan adanya platform digital, konsumen tidak perlu jauh-jauh ke Kupang untuk bisa menikmati kuliner sei sapi yang otentik.
Bersamaan dengan digitalisasi, fasilitas logistik yang makin maju juga memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bisnis dan UMKM. Dengan teknologi pelayanan pengantaran yang maju, GrabExpress hadir untuk memberikan kemudahan bagi para pelaku UMKM di berbagai penjuru nusantara.
Salah satu pelaku UMKM yang telah merasakan dampak positif dari digitalisasi serta fasilitas GrabExpress adalah Jessyca Putri Maslie.
Setelah 16 tahun berjualan di Pasar Poris Tangerang, Ia merasakan adanya penurunan semenjak Fauziah Yusuf, pemilik usaha pembuatan buket bunga, snack, dan balon di Makassar.
Keberadaan layanan GrabExpress di Makassar membuatnya lebih mudah mengantar ke pembeli. Menurutnya, layanan GrabExpress ini memudahkan usaha kecil sepertinya karena bisa mengirim buket ke lima alamat berbeda dalam satu waktu. Hal ini juga buat para pembeli tidak lama menunggu pesanannya sampai.
Kemudahan yang didapatkan melalui digitalisasi dan penggunaan GrabExpress pun turut dirasakan oleh Sancayarini atau Rini (63), pemilik dari clothing brand Kana Goods.
Situasi pandemi memaksakan toko tempatnya berjualan harus tutup, dimana hal ini membuat ia kehilangan sumber penghasilan.
Sadar bahwa ia harus beradaptasi dan melakukan digitalisasi, Rini pun mulai menggunakan layanan GrabExpress untuk membantunya mengirimkan barang kepada pelanggan.
Sejak go digital dan menggunakan layanan GrabExpress, bisnis Rini tidak hanya kembali pulih seperti sedia kala, Ia pun bisa menjangkau pelanggan yang lebih banyak lagi dibandingkan sebelum .