News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pentingnya Perlindungan Data Pribadi di Aplikasi Seluler dengan Real-Time Risk Intelligence

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aplikasi selular yang melibatkan pembelian barang fisik, seperti aplikasi e-commerce adalah salah satu target paling popular bagi sindikat pelaku penipuan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di era sekarang, kemajuan digital dan data berjalan beriringan. Hampir tidak mungkin untuk mendaftar di aplikasi tanpa menyertakan informasi pribadi seperti nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, dan nomor telepon kita.

Dalam beberapa kasus yang terjadi, aplikasi selular juga dapat meminta informasi seperti alamat rumah, kewarganegaraan, informasi kartu kredit, dan lainnya.

Kebanyakan orang dengan senang hati memberikan informasi ini – dengan catatan bahwa aplikasi selular dapat menjaga kerahasiaan data mereka.

Untuk penjahat di dunia maya, seperti halnya penipu online, mencuri data pribadi bisa sangat menguntungkan.

Jika seorang penipu online berhasil mengakses informasi pribadi, kemungkinan besar mereka akan melakukan dua hal, yaitu: mereka akan menjual kembali data yang didapat ke situs dark web untuk mendapatkan keuntungan.

Atau, mereka akan menggunakan data tersebut untuk menyamar sebagai korban dan melakukan serangan siber dengan menggunakan nama mereka.

Baca juga: Database Dicuri, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Lapor ke Bareskrim dan Kemkominfo

Untuk mencuri data, pertama-tama penipu online akan mencoba membobol akun pengguna.

Jenis serangan seperti ini disebut sebagai pengambilalihan akun, dan ada beberapa cara yang memungkinkan hal tersebut terjadi.

Baca juga: Banyak Kasus Fraud, Indonesia Perlu Adopsi UU Pelindungan Data Pribadi dengan Pengawasan Kuat

Penipu online akan menggunakan kredensial log in yang telah bocor akibat pelanggaran data, atau mereka akan menggunakan teknik rekayasa sosial untuk mengelabui pengguna agar mengungkapkan kata sandi mereka.

Baca juga: Kejaksaan Agung Gelar Forum Koordinasi dengan Himbara untuk Cegah Fraud 

Pelanggaran data sulit untuk dilindungi karena mereka biasanya menargetkan database aplikasi dibanding akun individu.

Setelah aplikasi berhasil disusupi, maka akun para pengguna pun akan disusupi. Pengguna dapat dengan mudah menghindari serangan rekayasa sosial.

Hindari Ungkap Log In

Serangan rekayasa sosial yang paling umum adalah penipuan dengan meniru identitas – yaitu ketika penipu menyamar sebagai seseorang melalui telepon dan mencoba untuk menipu pengguna agar mengungkapkan informasi pribadi.

Karenanya, jangan pernah mengungkapkan log in atau informasi pribadi Anda melalui telepon.

Bentuk lain termasuk penipuan dengan menirukan identitas email (phishing) dan teks yang setara (smishing).

Sekali lagi, jangan pernah mengungkapkan informasi pribadi, mengeklik tautan, atau mentransfer dana ke seseorang yang tidak Anda kenal.

Sayangnya, tidak ada aplikasi selular yang kebal terhadap penipuan.

Di Shield, kami telah menghentikan serangan penipuan pada setiap jenis aplikasi, mulai dari aplikasi pengiriman dan bank digital hingga super-apps dan media sosial," ungkap Justin Lie, CEO Shield, Senin (1/11/2021).

Dia menjelaskan, aplikasi selular yang melibatkan pembelian dan penjualan barang fisik, seperti aplikasi e-commerce adalah salah satu target paling popular bagi penipu.

Hal ini dikarenakan penipu dapat menyalahgunakan aplikasi belanja online dengan berbagai cara.

Misalnya dengan menyalahgunakan skema rewards, menulis ulasan palsu, atau melakukan penyalahgunaan cashback.

"Ketika hal tersebut terjadi dalam skala besar, tentunya dapat merusak pengalaman berbelanja bagi pengguna aplikasi tersebut," ungkapnya.

Untuk diketahui, Shield merupakan perusahaan risk intelligence yang mengkhususkan diri dalam membantu semua aplikasi selular menghentikan penipuan.

Dengan membuat profil pada setiap perangkat yang mengakses aplikasi, Shield memberikan gambaran lengkap tentang 'seberapa berisiko’ setiap perangkat, dan untuk itu dapat secara otomatis memblokir semua perangkat berisiko secara real-time.

Justin Lie menjelaskan, Shield  secara langsung dapat mendeteksi jika seorang pengguna atau sebuah perangkat berperilaku yang berisiko bahkan sebelum mereka melakukan penipuan.

Misalnya, ketika penipu melakukan penipuan kepada pengguna agar dapat memberikan kata sandi untuk aplikasi yang mereka gunakan.

Jika penipu itu mencoba masuk dengan menggunakan informasi orang lain, mereka akan menggunakan perangkat yang berbeda dan mungkin berada di lokasi berbeda.

Dengan terus membuat profil di setiap perangkat dan akun pengguna, Shield akan segera memberi tahu aplikasi selular secara real-time bahwa ada percobaan penipuan yang terjadi.

Aplikasi selular kemudian dapat menghentikan penipuan tersebut bahkan sebelum mereka sempat masuk ke akun korban mereka.

Tidak seperti solusi berbasis teknologi AI dan mesin pembelajaran konvensional yang dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari, melatih, dan menyiapkan, teknologi ShieldS hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk menerapkan proteksi dan akan mendata setiap perangkat dalam hitungan mili detik.

Shield saat ini menjadi mitra risk intelligence yang dipercaya oleh sejumlah perusahaan aplikasi selular di Indonesia seperti Ovoi dan HappyFresh, serta perusahaan global seperti Razer dan Alibaba,

Shield memberdayakan bisnis selular di seluruh dunia untuk menghentikan penipuan, membangun kepercayaan, dan mendorong pertumbuhan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini