Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - The Air Line Pilots Association (ALPA) telah menyuarakan keprihatinan mereka terkait polemik peluncuran layanan internet 5G di Amerika Serikat (AS) yang berbenturan dengan aktivitas penerbangan di negara itu.
Menurut asosiasi tersebut, penundaan selama dua pekan dalam mengaktifkan menara 5G di sekitar bandara, yang dinegosiasikan antara maskapai penerbangan dan raksasa penyedia ponsel AS tidak cukup untuk memastikan bahwa standar keselamatan dapat terpenuhi.
Kelompok perdagangan yang mewakili 61.000 pilot di 38 perusahaan penerbangan AS dan Kanada menggarisbawahi bahwa 'ditundanya peluncuran tentunya mengakui bahwa risiko operasional penerbangan adalah hal yang serius'.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (20/1/2022), CEO maskapai besar AS telah menyampaikan peringatan pada 17 Januari lalu tentang tingginya 'bencana' krisis penerbangan yang dapat ditimbulkan terkait dengan penyebaran 5G yang semula dijadwalkan diluncurkan pada Rabu kemarin itu.
Baca juga: Penjelasan Mengapa Teknologi 5G Bisa Pengaruhi Aktivitas Penerbangan
Bencana ini dianggap dapat muncul karena 5G diduga mampu menimbulkan gangguan elektronik pesawat yang sensitif seperti altimeter radio yang berpotensi mengganggu penerbangan.
Namun ALPA menekankan bahwa hingga 'perbaikan' permanen dilakukan, penumpang dan pengirim maskapai penerbangan layak mendapatkan komitmen dari perusahaan telekomunikasi untuk tidak meluncurkan layanan 5G baru di salah satu lokasi bandara yang diidentifikasi oleh FAA 'rentan terhadap gangguan 5G'.
Baca juga: Menkominfo Tegaskan Frekuensi 5G di Indonesia Tak Ganggu Penerbangan
Serikat pekerja itu pun menyoroti Komisi Komunikasi Federal dan perusahaan telekomunikasi yang disebut selama bertahun-tahun tidak menyadari 'tanda bahaya' terkait 5G.
"Komunitas penerbangan telah mengangkat bendera merah tentang gangguan 5G dengan instrumen pesawat, kekhawatiran yang selama ini telah diabaikan oleh Komisi Komunikasi Federal dan perusahaan telekomunikasi, menciptakan kekacauan yang kita alami hari ini," kata ALPA.
Baca juga: Maskapai Internasional Batalkan Penerbangan ke AS karena Masalah Jaringan 5G
Asosiasi tersebut diketahui telah menggembar-gemborkan bahwa AS memiliki 'sistem transportasi udara teraman di dunia' dan memuji komitmen pilot AS untuk 'tetap bertahan seperti itu'.
"Namun, pendekatan saat ini terhadap masalah ini dikecam karena terlihat 'tidak ada cara lain untuk melindungi catatan keselamatan itu dan industri penerbangan vital Amerika yang sangat penting bagi ekonomi negara kita dan rantai pasokan global," jelas ALPA.
Peluncuran Ditunda
Penundaan ini terjadi saat pertikaian antara maskapai besar dunia dan penyedia ponsel AS yang mendorong Federal Aviation Administration (FAA) dan raksasa telekomunikasi AT&T dan Verizon setuju untuk menghentikan sebagian dari peluncuran 5G-C.
Saat operator seluler AS dijadwalkan menyebarkan layanan baru mereka, eksekutif tertinggi maskapai penumpang dan kargo utama di AS menuliskan dalam sebuah surat pada Senin lalu yang menyerukan 'intervensi segera' dari Gedung Putih, FAA, FCC, dan DOT.
Ini dilakukan untuk menghindari gangguan operasional terhadap penumpang udara, pengirim, rantai pasokan, dan pengiriman pasokan medis yang dibutuhkan.
Ketakutan ini awalnya dipicu oleh fakta bahwa internet 5G berkecepatan tinggi menggunakan frekuensi C-band yang serupa dengan yang digunakan oleh pesawat untuk mengukur ketinggiannya.
Sebelumnya, maskapai internasional seperti Air India, Emirates, ANA, dan Japan Airlines telah membatalkan beberapa penerbangan ke AS karena masalah teknologi 5G.
"Atas kebijaksanaan kami sendiri, kami secara sukarela setuju untuk menunda sementara menyalakan sejumlah menara di sekitar landasan pacu bandara tertentu karena kami terus bekerja dengan industri penerbangan dan FAA untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang penyebaran 5G kami," sebut AT&T dalam sebuah pernyataan pada Selasa lalu.
Begitu pula dengan Verizon yang menggemakan pendirian yang sama, meskipun mereka meyakini bahwa 5G tidak akan mengganggu aktivitas penerbangan.
"Kami telah secara sukarela memutuskan untuk membatasi jaringan 5G kami di sekitar bandara. FAA dan maskapai penerbangan negara kami belum dapat sepenuhnya memutuskan untuk menavigasi 5G di sekitar bandara (AS), meskipun aman dan sepenuhnya aman dalam beroperasi di lebih dari 40 negara lain," jelas Verizon.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden memuji langkah raksasa penyedia ponsel itu.
"Ini untuk menghindari 'gangguan yang berbahaya terhadap perjalanan penumpang, operasi kargo, dan pemulihan ekonomi kami, sementara memungkinkan lebih dari 90 persen penyebaran menara nirkabel terjadi sesuai jadwal," kata Biden.
Sebelumnya, AT&T dan Verizon mengumumkan bahwa mereka menunda pengenalan jaringan 5G mereka di dekat beberapa bandara AS 'atas kebijaksanaan perusahaan' sebagai pengakuan terkait kekhawatiran maskapai penerbangan mengenai keselamatan penerbangan dan adopsi teknologi baru.