Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SAN FRANSISCO – Amazon, Microsoft, dan Google telah menangguhkan penjualan layanan cloud ke para pengguna di Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina 24 Februari 2022 lalu.
AWS atau Amazon Web Services mengindikasikan mereka tidak lagi mengoperasikan pusat data di Rusia, dan sebagai kebijakan perusahaan, mereka tidak melakukan bisnis dengan pemerintah Rusia.
Menurut Tech Crunch, Jumat (11/3/2022), Microsoft juga mengambil tindakan menangguhkan penjualan ke Rusia.
“Kami mengumumkan akan menangguhkan semua penjualan baru produk dan layanan Microsoft di Rusia,” tulis Brad Smith dalam sebuah posting blog.
Google sebagai vendor infrastruktur cloud, mengatakan tidak akan menerima pelanggan Google Cloud baru di Rusia saat ini. Kami akan terus memantau perkembangannya dengan cermat.
Baca juga: Rusia Desak Google Buka Channel Medianya di YouTube yang Diblokir
Sementara itu, CEO International Business Machines atau IBM, Arvind Krishna mengatakan telah menangguhkan penjualan di Rusia.
“Saya telah mendengar banyak dari Anda sebagai tanggapan atas pengumuman minggu lalu mengenai perang di Ukraina, dan saya menghargai umpan balik Anda. Dengan ini kami telah menangguhkan semua bisnis di Rusia.” tambahnya.
Baca juga: Ukraina Minta 50 Perusahaan Game, Cloud, dan Teknologi Lainnya untuk Bertindak atas Serangan Rusia
Cloudflare, yang bukan vendor infrastruktur cloud murni, membantu menyediakan akses internet yang aman melalui ratusan pusat data di seluruh dunia, termasuk Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Google: Hacker Rusia dan China Lakukan Spionase dan Kampanye Phising di Ukraina
Sebagai penyedia internet, perusahaan menganggap penting untuk menjaga internet tetap berjalan di Rusia meskipun ada permintaan untuk menghentikan layanan di sana.
“Di luar ini, kami telah menerima beberapa panggilan untuk menghentikan semua layanan Cloudflare di Rusia. Kami telah mempertimbangkan dengan cermat permintaan ini dan mendiskusikannya dengan pakar pemerintah dan masyarakat sipil. Kesimpulan nya, kami tetap beroperasi di Rusia karena negara itu membutuhkan lebih banyak akses Internet, bukan lebih sedikit,” tulis perusahaan tersebut dalam sebuah postingan di blog.