Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mulai awal April 2022 ini, Korlantas Polri bersama operator jalan tol resmi memberlakukan tilang elektronik (ETLE) di sejumlah ruas tol. Pengemudi yang membawa kendaraannya dengan kecepatan tinggi melampaui batas yang ditentukan akan langsung ditilang.
Tilang serupa juga berlaku untuk kendaraan angkutan barang yang membawa muatan hingga over dimensi dan overload (ODOL).
Dengan resmi diberlakukannya tilang elektronik untuk pengendara yang melanggar batas kecepatan, pemanfaatan teknologi untuk memantau perilaku pengemudi di jalan, khususnya jalan tol, menjadi semakin dibutuhkan.
Pengenaan tilang elektronnik akan memaksa para pengemudi, termasuk supir kendaraan niaga (bus dan truk), diwajibkan memiliki keterampilan mengemudi yang baik dan benar.
Terlebih di bidang logistik, transportasi darat merupakan jangkar perpindahan barang di Indonesia karena mencakup 80-90 persen dari total volume pengiriman setiap tahunnya.
Baca juga: Politisi Gerindra Minta Penertiban Truk ODOL Tidak Menimbulkan Masalah Baru di Masyarakat
“Salah satu investasi yang wajib dilakukan oleh perusahaan di bidang logistik dan transportasi adalah menggunakan teknologi sebagai solusi pemantauan keselamatan dan keterampilan pengemudi di jalan. Investasi dalam bidang teknologi ini menjadi bagian preventif dan antisipatif selain training teknik mengemudi yang diberikan oleh perusahaan secara teratur,” ujar Jusri Pulubuhu, founder Jakarta Defensive Driving Consulting.
Hendrik Ekowaluyo, Co-founder, McEasy, menyatakan, dengan adanya tilang elektronik, pengusaha transportasi bisa memanfaatkan fitur Driving Behaviour yang menjadi bagian Vehicle Smart Management System untuk memonitor perilaku berkendara berdasarkan parameter overspeed, under speed, harsh acceleration, harsh braking, sharp turn dan zig-zag motion.”
Data yang dikumpulkan nantinya akan disajikan dalam bentuk driver scorecard agar setiap pengemudi terpacu untuk mengemudi dengan aman, baik dan sesuai peraturan.
Fitur ini juga adalah solusi untuk meningkatkan keselamatan berkendara. “Teknologi yang kami kembangkan juga mampu menganalisa fatigue level dari pengemudi berdasarkan mimik wajah dan lamanya mereka telah berkendara," ujarnya.
"Fitur Track Vision ini kami kembangkan agar dapat mendorong para pengemudi untuk mencapai pola mengemudi yang optimal serta sebagai alat acuan dalam mengevaluasi kinerja para sopir,” kata Hendrik.
McEasy adalah startup di bidang transportasi dan logistik yang memiliki Vehicle Smart Management System untuk memantau keterampilan pengemudi.
Armada bus pariwisata Pesona Transport Service milik influencer otomotif asal Semarang, Muhammad Abdul Wahid, telah memanfaatkan teknologi untuk memonitor keterampilan pengemudinya.
“Saya tidak bisa berada di samping sopir setiap saat. Karenanya, saya menggunakan fitur yang dikembangkan McEasy untuk memonitor behaviour supir ketika di jalan," ujarnya.
Baca juga: KAI Bakal Tuntut Pengemudi Mobil yang Terlibat Kecelakaan KRL di Daerah Citayam
Fitur ini memberikan laporan real-time tentang supir mana yang membutuhkan atensi khusus – seperti driver mana yang tendensinya melebihi kecepatan maksimal, driver mana yang suka rem mendadak atau driver mana yang paling boros BBM,” ujar Muhammad yang biasa disapa Mas Wahid.
Menurut Mas Wahid, digitalisasi armada kendaraan niaga membawa dampak positif. Meski armada bus pariwisatanya terhitung masih sedikit, digitalisasi adalah kunci untuk berkembang.
“Banyak pelaku industri logistik dan transportasi yang melihat digitalisasi adalah sesuatu yang berat. Dulu saya adalah salah satunya. Tetapi, begitu telah terdigitalisasi, manajemen armada bus jadi terasa lebih ringan," ujarnya.
"Hampir seluruh proses manajemen telah terotomasi – mulai dari sistem reminder untuk perpanjang pajak kendaraan, KIR kendaraan, SIM pengemudi hingga pemantauan cara para supir berkendara untuk menjaga keselamatan di perjalanan,” kata Mas Wahid.