Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SAN FRANCISCO - Perusahaan perangkat lunak berbasis cloud Salesforce Inc berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10 persen tenaga kerjanya dan menutup beberapa kantornya.
PHK dan penutupan kantor tersebut merupakan bagian dari rencana restrukturisasi perusahaan, menurut keterangan yang diumumkan Salesforce pada Rabu (3/1/2023).
Perusahaan yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat ini mempekerjakan lebih dari 79.000 pekerja per Desember 2022. Dengan demikian, karyawan yang bakal kena PHK sebanyak 7.900 orang.
Baca juga: Isi Perppu Cipta Kerja Tak Mencerminkan Harapan Buruh, KSPSI: Pesangon PHK Kecil
Dalam surat yang dikirim kepada karyawan perusahaan, co-CEO Salesforce Marc Benioff mengatakan, pelanggan Salesforce saat ini lebih mempertimbangkan dalam membelanjakan uangnya mengingat kondisi ekonomi makro yang menantang.
Resesi ekonomi yang membuat Salesforce membuat keputusan yang sangat sulit untuk memberhentikan pekerja.
“Saya telah banyak berpikir tentang bagaimana kami sampai pada momen ini. Saat pendapatan kami dipercepat melalui pandemi, kami mempekerjakan terlalu banyak orang yang mengarah ke penurunan ekonomi yang sekarang kami hadapi, dan saya bertanggung jawab untuk itu,” kata Benioff, yang dikutip dari CNBC.
Salesforce mempekerjakan karyawan secara agresif selama pandemi COVID-19. Pada Desember, dilaporkan jumlah karyawan telah meningkat 32 persen sejak Oktober 2021 untuk memenuhi permintaan layanan yang lebih tinggi dari pelanggannya.
Sekarang, seperti banyak perusahaan teknologi besar lainnya Salesforce berupaya memangkas biaya karena bersaing dengan pertumbuhan pendapatan yang melambat dan ekonomi yang melemah.
Bos baru Twitter, Elon Musk, memangkas separuh tenaga kerja perusahaan media sosial itu, sedangkan induk Facebook Meta mengumumkan putaran PHK paling signifikan yang pernah ada, memecat 13 persen stafnya.
Baca juga: Asosiasi Tekstil Curhat PHK 60 Ribu Karyawan Pada 2022, Produktivitas Tak Sebanding Kenaikan Upah
Perusahaan teknologi lainnya seperti Amazon, Lyft, HP, dan DoorDash juga mengumumkan pengurangan tenaga kerja yang signifikan.
Salesforce berharap restrukturisasi karyawannya selesai pada akhir tahun fiskal 2024 dan restrukturisasi real estat selesai pada tahun fiskal 2026.
Saham Salesforce ditutup naik lebih dari 3 persen pada perdagangan Rabu.
Analis yang dipimpin oleh Brent Bracelin di bank investasi Piper Sandler dalam sebuah catatan memperkirakan, pemotongan tenaga kerja tersebut dapat menurunkan biaya operasional sebesar 1,5 miliar dolar AS atau lebih pada setiap tahun, dan memperluas margin operasi perusahaan menjadi 26 persen dari 21 persen.
Salesforce mengungkapkan ingin menjadi lebih menguntungkan melalui pengeluaran yang lebih efisien.
Baca juga: CEO Goldman Sachs Isyaratkan akan PHK 4.000 Staf pada Awal 2023
Pada September, manajemen Salesforce menyerukan margin operasi yang disesuaikan sebesar 25 persen pada tahun fiskal 2026, dibandingkan dengan 22,7 persen pada kuartal yang berakhir pada 31 Oktober 2022.
Sebelumnya, Salesforce memberhentikan kurang dari 1.000 karyawan pada November. Kemudian Bret Taylor mengumumkan akan mundur sebagai co-CEO perusahaan pada 31 Januari, meninggalkan Marc Benioff di puncak perusahaan yang ia dirikan bersama pada 1999.
Dalam tiga hari perdagangan setelah berita Taylor mendarat bersamaan dengan laporan pendapatan Salesforce pada kuartal ketiga tahun lalu, saham perusahaan perangkat lunak itu mengalami dua dari tiga hari terburuknya di 2022, anjlok masing-masing 8,3 persen dan 7,4 persen.
Beberapa hari kemudian, Salesforce mengumumkan kepergian CEO perusahaan perangkat lunak Slack, Stewart Butterfield, yang bergabung dengan Salesforce sebagai bagian dari akuisisi terbesarnya.