News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Badai PHK

Ketidakpastian Ekonomi Dorong Amazon Pecat 18.000 Pekerja

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto ilustrasi pekerja Amazon. Raksasa e-commerce Amerika Serikat (AS) Amazon akan memecat lebih dari 18.000 karyawannya dalam beberapa minggu mendatang.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA - Raksasa e-commerce Amerika Serikat (AS) Amazon akan memecat lebih dari 18.000 karyawannya dalam beberapa minggu mendatang.

Pernyataan ini disampaikan CEO Amazon, Andy Jassy dalam pesannya kepada karyawan yang dipublikasikan di situs web Amazon pada Kamis waktu setempat.

Menurut Jassy, keputusan 'sulit' ini dibuat sebagai bagian dari perencanaan untuk tahun 2023 di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti.

Baca juga: Kena PHK Sepihak, Serikat Pekerja Laporkan Dirut Jiwasraya ke Polisi

"Ini juga bertujuan untuk membantu perusahaannya mengejar peluang jangka panjang dengan struktur biaya yang lebih kuat. Kami berencana untuk menghilangkan lebih dari 18.000 peran. Beberapa tim terkena dampaknya, namun sebagian besar penghapusan peran ada di Amazon Stores dan organisasi PXT kami," kata Jassy dalam pesan tersebut.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (5/1/2023), Jassy menjelaskan bahwa perusahaan akan mulai memberitahu karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 18 Januari mendatang.

"Pemecatan tersebut akan berdampak besar pada divisi e-commerce dan Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan," tambahnya.

Sebelumnya, Amazon memulai PHK pada November 2022, dengan laporan pada saat itu mengklaim bahwa perusahaan berencana untuk melepaskan sekitar 10.000 orang.

Namun seperti yang dijelaskan Jassy, setelah penilaian lebih lanjut terhadap kondisi ekonomi, jelas terlihat bahwa perusahaan itu membutuhkan 'lebih banyak PHK'.

Hal ini untuk menjaga perusahaan tetap bertahan di tengah penurunan permintaan konsumen dan pergeseran kembali ke belanja langsung (offline) di kalangan masyarakat.

Jumlah tenaga kerja Amazon mencapai hampir dua kali lipat dalam dua tahun terakhir, karena melonjaknya permintaan layanan online di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Baca juga: Hadapi Resesi, Salesforce PHK 7.900 Tenaga Kerja dan Tutup Beberapa Kantornya

Namun, pertumbuhan pendapatan perusahaan melambat setelah pembatasan pandemi itu dicabut.

Pada Oktober 2022, pengecer online melaporkan pendapatan yang flat, jauh dari ekspektasi.

Menurut Wall Street Journal, Amazon memiliki lebih dari 1,5 juta pekerja, termasuk staf gudang.

Perusahaan pun berencana untuk membayar pesangon kepada mereka yang diberhentikan dan memberikan tunjangan asuransi kesehatan transisi serta dukungan penempatan kerja eksternal.

"Amazon telah melewati ekonomi yang tidak pasti dan sulit di masa lalu, dan kami akan terus melakukannya. Saya optimis bahwa kami akan menjadi inventif, banyak ide dan lebih kompetitif," pungkas Jassy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini