Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Raksasa e-commerce Amazon menghentikan program donasi amal Smile, sebagai upaya memangkas biaya operasional dan memikirkan kembali strategi bisnisnya.
Program donasi amal Smile akan ditutup pada 20 Februari 2023, kata Amazon dalam sebuah pernyataan pada Rabu (18/1/2023), dan menjelaskan penutupan tersebut dilakukan karena "program tersebut belum berkembang untuk menciptakan dampak yang semula kami harapkan."
Amazon Smile mendonasikan sebagian kecil dari harga pembelian suatu produk di platform belanja online itu yang memenuhi syarat ke organisasi amal yang dipilih pembeli.
Program ini tercatat telah mendonasikan 500 juta dolar AS sejak diluncurkan pada 2013, dengan rata-rata donasi kurang dari 230 dolar AS per amal, kata perusahaan itu.
Baca juga: PHK Massal Bayangi Raksasa Teknologi Dunia, Setelah Amazon, Meta dan Twitter, Kini Giliran Microsoft
“Dengan begitu banyak organisasi yang memenuhi syarat, lebih dari 1 juta secara global, kemampuan kami untuk memberikan dampak seringkali terlalu kecil,” ungkap Amazon, seperti yang dikutip dari CNN.
Amazon menambahkan, organisasi atau badan amal masih dapat mengumpulkan donasi hingga program Smile ditutup. Meski program Smile dihentikan, Amazon mengatakan perusahaan tidak akan berhenti memberikan donasi melalui cara lainnya.
Perusahaan yang didirikan Jeff Bezos ini mengatakan akan terus "mengejar dan berinvestasi di bidang lain di mana kami telah melihat bahwa kami dapat membuat perubahan yang berarti", termasuk badan amal yang membantu penanggulangan bencana alam dan perumahan yang terjangkau.
Amazon baru-baru ini mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 18.000 karyawan. Beberapa tim yang terdampak PHK termasuk departemen sumber daya manusia dan Amazon Stores, menurut memo dari CEO Amazon Andy Jassy yang dibagikan kepada karyawan perusahaan pada awal bulan ini.
Amazon dan perusahaan teknologi lainnya secara signifikan meningkatkan perekrutan karyawan selama beberapa tahun terakhir karena pandemi COVID-19 mengubah kebiasaan belanja konsumen ke arah e-commerce.
Sekarang, banyak dari perusahaan teknologi menerima pukulan telak dan memberhentikan ribuan pekerja karena konsumen kembali ke kebiasaan pra-pandemi dan kondisi ekonomi makro yang memburuk.
Dalam memonya, Jassy mengatakan para eksekutif Amazon baru-baru ini bertemu untuk menentukan cara "merampingkan" perusahaan dan memprioritaskan "apa yang paling penting bagi pelanggan dan kesehatan jangka panjang bisnis kami".