Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teknologi PGT-A atau Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy mampu mencegah penyakit kepada bayi tabung.
Direktur Scientific PT Morula Indonesia, Prof Arief Boediono Ph.D mengungkapkan program bayi tabung terjadi karena sekitar 60-70 persen disebabkan karena kromosom yang tidak normal.
Kromosom yang abnormal yang terjadi pada saat proses pembentukan sel-sel telur, sperma dan saat perkembangan embrio, dapat menyebabkan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bahkan hilangnya atau penambahan DNA.
"Kelainan kromosom di atas dikenal sebagai aneuploidy. Hal ini dapat menyebabkan kelainan kromosom seperti Down Syndrome dan Edwards Syndrome, dan kelainan dari kromosom jenis kelamin bayi seperti Turner Syndrome, Jakob Syndrome, Klinefelter Syndrome dan Triple X serta 60 persen keguguran," ujar Arief melalui keterangan tertulis, Selasa (24/1/2023).
Baca juga: Program Bayi Tabung di Indonesia Capai 13.000 Siklus
Sementara untuk Preimplantation Genetic Testing for Monogenic Diseases (PGT-M), dapat mendeteksi mutase single-gene (monogenic) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit genetik bawaan seperti thalassemia, spinal muscular atropy dan cystic fibrosis.
Menurut dia, teknologi PGT-M dapat membantu pasangan untuk mendapatkan keturunan dengan menurunkan risiko terkena penyakit-penyakit keturunan tersebut.
Arief menjelaskan teknologi tersebut dapat melakukan screening kromosom pada embrio yang dimiliki untuk membantu memaksimalkan keberhasilan kehamilan dalam program bayi tabung.
"Teknologi ini memungkinkan proses seleksi embrio sehingga embrio yang dimasukkan ke dalam rahim merupakan embrio dengan kromosom normal dan diharapkan mempunyai tingkat keberhasilan hamil lebih tinggi," jelas Arief.
Sementara itu, Managing Director Morula IVF Indonesia, Sonny Adi Nugroho, mengungkapkan pihaknya berupaya membantu Pemerintah menghadirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
"Kami berkomitmen mendukung program pemerintah untuk menciptakan generasi yang cerdas dan mau menerima perubahan menuju impian Indonesia menjadi generasi emas 2045," ujar Sonny.
Seperti diketahui, berdasarkan studi yang pihaknya lakukan pada Januari 2019 hingga September 2022 terhadap hampir 500 pasien, teknologi PGT-A membantu potensi kehamilan sebesar 68 persen di kelompok umur 38-39 tahun dan 46 persen usia diatas 40 tahun.
Pada kelompok 38-39 tahun tersebut, persentase kehamilan dengan teknologi PGT-A lebih baik 25 persen dibanding kehamilan Non PGT-A.
Sementara di usia 40 tahun ke atas, PGT-A membantu persentase kehamilan 19 persen lebih baik dari yang Non PGT-A.