Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Layanan online penyedia jasa penginapan Airbnb melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 30 persen staf perekrutannya pada pekan ini, meskipun perusahaan berencana menambah jumlah karyawan pada 2023.
Dikutip dari Bloomberg, pemangkasan tersebut mempengaruhi sekitar 0,4 persen dari total tenaga kerja perusahaan yang berbasis di San Francisco itu.
Airbnb tercatat memiliki sekitar 6.800 karyawan, kata juru bicara perusahaan itu sembari menekankan keputusan tersebut bukan indikasi PHK yang lebih luas.
Baca juga: Tak Terpengaruh Crypto Winter, Binance Pastikan Tak Akan PHK Karyawan
Airbnb menjadi salah satu dari perusahaan teknologi yang menghindari PHK massal, sedangkan perusahaan lainnya memangkas ekspektasi pertumbuhan mereka di tengah kenaikan suku bunga dan perlambatan pertumbuhan di sektor teknologi.
Airbnb membuat pilihan yang menyakitkan ketika perusahaan melakukan PHK dan restrukturisasi pada awal-awal pandemi COVID-19, dengan memangkas sekitar 25 persen tenaga kerja.
Chief Executive Officer (CEO) Airbnb Brian Chesky mengatakan pada akhir tahun lalu, keadaan ekonomi tidak akan mempengaruhi bagaimana bisnis akan berjalan.
Sedangkan Chief Financial Officer (CFO) Airbnb, Dave Stephenson, mengatakan pada laporan pendapatan terbaru perusahaan bahwa dia masih melihat permintaan yang cukup baik.
"Kami akan terus tumbuh, tapi kami akan tumbuh sederhana," kata Stephenson pada bulan lalu.
Dia memperkirakan pertumbuhan jumlah karyawan sebesar 2 persen hingga 4 persen pada tahun ini, dibandingkan dengan pertumbuhan 11 persen pada tahun lalu.
Juru bicara Airbnb mengatakan perusahaan telah membuat "keputusan sulit untuk mengatur ulang dan mengurangi ukuran tim perekrutan kami untuk mencerminkan proyeksi perekrutan kami."
Secara finansial, perusahaan ini lebih baik dari sebelumnya. Airbnb melaporkan pendapatan bersih sebesar 1,9 miliar dolar AS pada 2022.