Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan, laporan terkait kasus kebocoran data di tanah air semakin marak.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rudy Salahuddin mengatakan, bahkan Indonesia menduduki peringkat ketiga terbanyak kasus kebocoran data.
"Menurut data dari perusahaan keamanan siber, Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan kasus kebocoran data terbanyak di dunia," ujarnya dalam CIPS DigiWeek 2023, Senin (10/7/2023).
Baca juga: Yakin dengan Penyidikan Kebocoran Data Korupsi ESDM, Irjen Karyoto: Saya Tahu Persis Perkara Itu
Sementara, berdasarkan laporan Lanskap Keamanan Siber Indonesia 2022 yang diterbitkan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), secara umum terdapat 5 ancaman siber yang dihadapi Indonesia.
"Yakni kebocoran data, ransomware, phising, advanced persistent treat, dan juga web defacement. Contoh kasus terbaru adalah kebocoran data paspor WNI yang diduga diperjualbelikan di dark web, yang saat ini masih dalam proses penyelidikan," kata Rudy.
Dia menambahkan, serangan ransomware pada perbankan dapat merugikan para nasabah serta terdapat korban phising yang berakibat kehilangan uang miliaran rupiah setelah membuka undangan pernikahan digital.
Untuk itu, Rudy menegaskan, keamanan digital menjad unsur penting dalam menjaga semua aktivitas ekonomi dan sosial negara.
"Ini telah jadi perhatian penting semua pihak termasuk pemerintah," pungkasnya.