Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia diperkirakan akan menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia pada 2045 sekaligus menjadi pusat pertumbuhan di Asia Tenggara.
Salah satunya didorong oleh pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang makin meluas.
Firma konsultasi manajemen Kearney asal Amerika Serikat memperkirakan, penggunaan teknologi AI berpotensi menyumbang hampir 1 triliun dolar AS terhadap produk domestik bruto (PDB) negara-negara di Asia Tenggara pada 2030.
Dari angka itu, 366 miliar USD diantaranya disumbangkan oleh Indonesia. Ini menunjukkan betapa berpengaruhnya AI terhadap perekonomian.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abijani Pangerapan mengatakan, pemerintah mendorong sektor-sektor publik, termasuk badan usaha milik negara (BUMN) untuk mengadopsi AI sesegera mungkin mengingat manfaatnya yang begitu besar.
Berbicara di seminar bertema “The Future of Artificial Intelligence in Public Sector” yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology di Jakarta belum lama ini dia mengungkapkan, adopsi AI memungkinkan alur birokrasi, waktu, dan biayanya menjadi lebih efisien, sekaligus meningkatkan kinerja pemerintah sehingga meningkatkan kepuasan publik.
“Adopsi AI membuat organisasi menjadi lebih gesit, responsif, dan kompetitif,” sambung Tedi Bharata, Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN.
Dikatakannya, salah satu teknologi AI yang memungkinkan pelayanan sektor publik meningkat adalah Generative AI (GenAI). GenAI merupakan turunan dari AI yang mampu menghasilkan data seperti teks, gambar, video, dan musik baru sesuai preferensi yang dibutuhkan dan berdasarkan data yang diterimanya.
Baca juga: Pertama Kali di Dunia, China Gunakan Bantuan Teknologi AI untuk Seleksi PMB
Untuk menghasilkan data-data baru yang tepat dibutuhkan solusi teknologi GenAI yang mumpuni.
Director Account Management Telco and Public Sector Multipolar Technology, Yugi Edison menyebutkan, solusi GenAI yang layak dipertimbangkan oleh organisasi di sektor publik seperti ibm watsonx.
"Jawaban yang dikirimkan bukan hanya detail, melainkan juga bersifat hiper-personal sehingga informasi yang diberikan kepada masing-masing pelanggan cenderung berbeda dan mampu menjawab segala pertanyaan yang dikirimkan pelanggan melalui chatbot, tapi terbatas pada organisasi publik itu bergerak," katanya.
Baca juga: Microsoft Siap Inves Rp27,6 Triliun untuk Kembangkan Teknologi AI di Indonesia
Sebagai contoh skenario, sebuah chatbot GenAI saat disematkan dalam laman dinas kependudukan satu pemerintah daerah akan dengan cepat menjawab pertanyaan seputar tata cara pembuatan kartu tanda penduduk atau jam layanan yang ditanyakan, tetapi akan menolak menjawab pertanyaan perihal olahraga.
“Karena chatbot GenAI mengandalkan data yang tersedia untuk menghasilkan data baru, maka platform manajemen data organisasi publik tersebut mesti tangguh, dan yang paling penting tidak mudah disusupi data palsu yang mungkin dikirimkan oleh penjahat siber,” jelas Yugi.