TRIBUNNEWS.COM - Pelesiran atau traveling dengan menggunakan jasa paket wisata yang ditawarkan berbagai biro perjalanan memang memudahkan traveler untuk jalan-jalan.
Enaknya, traveler serba dilayani, mulai kebutuhan akomodasi (penginapan), urusan makan tiga kali sehari, hingga tiket pesawat sampai transportasi lokal di tempat tujuan wisata. Para traveler tinggal duduk manis di dalam bus pariwisata, sudah ada sopir dan guide yang memandu perjalanan sesuai jadwal perjalanan yang dijual dalam paket wisata. Itu adalah enaknya.
"Tapi nggak enaknya juga banyak," kata travel writer, Asita DK Suryanto, kepada Tribunnews.com. Salah satu tidak enaknya, menurut Asita DK, adalah acara jalan-jalan terasa kurang puas karena terikat jadwal.
"Contohnya begini, baru datang ke sebuah tempat wisata, terus kita baru bilang 'wow' pada eksotisme keindahan tempat wisata tersebut, eh, baru dua jam di situ sudah bergeser ke tempat lain. Padahal kita belum puas di tempat itu," tutur Asita.
Tidak enaknya yang lain, traveler tidak bisa berhemat biaya. Untuk urusan makan misalnya, tentu sudah terikat dengan menu yang disajikan pihak biro perjalanan.
"Ibaratnya kita ngiler dengan makanan kaki lima, harus ditahan-tahan. Karena mubazir juga kita jajan di luaran, wong kita sudah bayar untuk kebutuhan makan," tuturnya.
Hal yang sama menyangkut penginapan. Bisa jadi di tempat tujuan seorang wisatawan berubah pikiran dalam hal penginapan. Dari semula ingin tidur di hotel, berubah pikiran untuk menginap di penginapan murah meriah di pedesaan daripada di kota yang berisik.
"Tapi keinginan itu tentu harus ditahan-tahan. Lagi-lagi karena sudah terikat dengan penyediaan hotel oleh biro perjalanan," tutur Asita. Kalau mau wisata hemat, Asita menganjurkan cukup jadi backpacker aja! Pergi ke mana suka, makan apa saja yang disuka, tidur di mana saja yang disuka.
Agung BS/ abstribun@gmail.com