TRIBUNNEWS.COM - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Bali menyatakan peluang pariwisata di Pulau Dewata tahun 2015 diperkirakan cerah sebagai dampak pemberlakuan bebas visa bagi lima negara pemasok wisatawan mancanegara.
"Dengan adanya bebas visa bagi lima negara sangat membantu target kunjungan wisatawan mancanegara salah satunya ke Bali," kata Ketua Apindo Bali, Panudiana Kuhn ditemui dalam seminar di Bank Indonesia Provinsi Bali di Denpasar, Rabu (10/12/2014).
Menurut dia, pemberlakuan bebas visa bagi Australia, Jepang, Tiongkok, Rusia, dan Korea Selatan diharapkan semakin memperlebar arus kedatangan turis dari lima negara yang selama ini dikenal sebagai pemasok wisatawan itu.
"Tiongkok misalnya dengan penduduk sebanyak 1,3 miliar diharapkan memberi kontribusi kunjungan wisman ke Bali," ucap Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Bidang Moneter Fiskal dan Kebijakan Publik itu.
Optimisme pelaku usaha tersebut juga terdongkrak dengan mulai diberlakukannya pasar tunggal ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 diharapkan menjadi peluang yang bisa diraih oleh pemerintah bersama pelaku usaha dan masyarakat.
Untuk itu, pihaknya meminta semua pihak termasuk masyarakat untuk menjaga dan mempertahankan potensi pariwisata Pulau Dewata termasuk budaya dan lingkungan.
"Bali sangat mengandalkan pariwisata sebagai 'tambang emas'. Lingkungan tempat wisata jangan sampai kotor. Pantai Kuta salah satunya harus dijaga kebersihannya. Wisata spa juga harus dikembangkan," ucapnya.
Apalagi pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang pada tahun 2019 diharapkan mampu diraih dengan adanya pemberlakuan bebas visa itu.
HISTERIS! Istri di Jember Temukan Jasad Suami Tergeletak Bersimbah Darah, Miris: Sempat Gendong Cucu
Keji! Suami di Bekasi Sayat Leher Istri Hingga Tewas, Jasad Dimandikan dan Dibiarkan di Kasur 2 Hari
Kendati demikian, Indonesia memiliki sejumlah negara pesaing di ASEAN di antaranya Singapura, Malaysia dan Thailand yang bahkan saat ini jumlah kunjungan wisman ke negara tersebut mencapai lebih dari 24 juta orang sedangkan Indonesia kurang dari 10 juta wisman. (Antara)