TRIBUNNEWS.COM - Bukan hanya terkenal dengan tempat pariwisatanya, Kabupaten Banyuwangi juga terkenal dengan wisata kuliner yang lezat.
Seperti di Resto Singgasana Ikan Bakar yang berada di Jalan KH Wahid Hasyim Kecamatan Genteng. Dengan mengusung slogan "Resto Mewah, Rasa Wah, Harga Murah", para pembeli akan disuguhi segala macam hidangan ikan dengan harga antara Rp 15.000 hinggal Rp 35.000 per porsi.
Menu spesial di restoran ini adalah Pelasan Sidat yaitu menu sidat yang diolah seperti pepes. "Sidat merupakan salah satu menu yang paling dicari. Sengaja kami pepes dengan bumbu khas Banyuwangi lalu dibungkus dengan daun dan dibakar," jelas Tiara, pemilik resto saat ditemui KompasTravel, Rabu (25/3/2015).
Ia menjelaskan sidat yang digunakan merupakan hasil ternak sendiri dengan kualitas yang terbaik. "Sidat yang kami gunakan jenisnya sama dengan sidat Jepang atau yang dikenal dengan unagi. Spesialnya adalah durinya sedikit, daging lebih tebal dan tidak bau tanah," jelas perempuan yang juga bergelut di bisnis pembesaran sidat tersebut.
Selain sidat, restoran tersebut juga menyediakan Gurame Bakar Singgasana, Sup Nila Singgasana, Nila Kendang Kempul, Kuah Nila Santai dan Kuah Ikan Asam Rame termasuk juga ikan patin. "Kami menjamin semua ikan tawar yang kami olah tidak berbau tanah atau lumpur," jelasnya.
Menariknya ia langsung membeli ikan tawar tersebut dari petani ikan tawar untuk pemberdayaan para petani ikan air tawar. "Jika dibeli oleh pengepul tentu harganya akan lebih murah padahal saat dijual kembali ke pasaran harganya lebih mahal. Maka kami berani membeli langsung ke petani dengan harga yang sama di pasaran. Apalagi harga ikan tawar juga bersaing dengan ikan laut," jelasnya.
Untuk menghilangkan bau tanah atau lumpur pada ikan, Tiara mengaku harus melakukan pengolahan tertentu pada ikan hidup yang ia beli. "Diberlakukan khusus dalam keadaan hidup dan dalam waktu beberapa hari. Seperti dimasukan ke salon saja. Jadi segar saat diolah dan kami menjamin tidak akan bau lumpur," tambahnya.
Saat ditanya bagaimana caranya, gadis tersebut hanya tersenyum sambil berkata, "Rahasia". Ia mengaku sengaja membandrol harga yang cukup murah agar semua kalangan masyarakat bisa menikmati sajian di restoran itu.
"Kembali ke dasarnya yaitu restoran mewah, rasa wah, dan harga murah. Kami ingin semua orang bisa menikmati dan juga mengenalkan bahwa rasa ikan tawar juga sama enaknya dengan ikan jenis lain. Apalagi kandungan gizinya juga banyak," ungkap Tiara.
Untuk bumbu, ia mengaku selalu menggunakan bumbu yang masih segar. Begitu pula saat mengolah makanan. Misalnya sup baru akan dimasak sesaat setelah dipesan.
"Sedangkan yang dibakar kami menggunakan dengan bumbu yang minim agar tidak mengganggu rasa asli daging ikannya," tuturnya.
Sementara itu, Endik Supriyono salah satu pengujung mengaku ia suka dengan menu pelasan sidat. "Pedas dan enak. Dagingnya empuk," jelasnya.
Selain itu ia mengaku menu ikan patin bakar juga enak. "Di luar garing tapi di dalam dagingnya masih seger. Bumbunya juga tidak terlalu banyak jadi segar. Tapi yang terpenting adalah sama sekali tidak bau lumpur," pungkasnya. (Ira Rachmawati)