Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menyambut musim semi di Jepang banyak sekali diselenggarakan berbagai festival (matsuri).
Termasuk salah satunya Festival Mino (Honminoshi) di kota Mino perfektur Gifu Sabtu lalu (11/4/2015) dengan mengusung bunga hiasan kertas raksasa beramai-ramai.
Diikuti oleh 31 Kelompok masyarakat setempat di kota Mino.
Bunga-bungaan yang dibentuk oleh kertas tradisional Jepang menjadi sebuah rangkaian origami bunga, berukuran raksasa dengan panjang tangkai sekitar tiga meter dikaitkan menjadi satu membentuk pohon.
Lalu diusung beramai-ramai oleh banyak orang dalam sebuah kelompok lelaki menggunakan pakaian yukata khas masing-masing kelompok, sambil berteriak semangat "Oisa Oisa", memberikan pemandangan sangat menarik bagi masyarakat sekitar dan wisatawan.
HonMinoshi pada tahun 2014 diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia dari Jepang. Kertas di beri warna pink dan warna warni, tampak indah dirangkai membentuk bunga seperti Sakura, ikut memberikan keceriaan bagi warga setempat sambil di usung bersama-sama.
Bahkan anak-anak pun ikut serta meramaikan acara ini sebagai lambang dimulainya musim semi, musim yang paling indah di Jepang.
Sekitar 1000 orang hadir meramaikan festival tersebut kemarin. "Saya senang sekali karena festival ini diakui keberadaannya sebagai warisan budaya dunia oleh Unesco. Ini adalah tradisi kota Mino sejak sekitar 1300 tahun lalu," papar warga Gifu, "Ayako Watanabe khusus kepada Tribunnews.com seusai acara tersebut yang hadir bersama anak dan keluarganya.
Kertas tradisional Jepang untuk origami guna membuat hiasan tersebut, Washi, diberikan warna warni dan dilipat membentuk bunga-bunga, membentuk Honminoshi, saat mendapat predikat sebagai Warisan Budaya Dunia (World Cultural Heritage atau WCH) Unesco, sempat membuat sang Walikota Mino tidak bisa tidur.
"Ketika saya tahu besoknya, 28 Oktober 2014 mau diumumkan Unesco sebagai WCH, saya sempat tak bisa tidur, deg-degan juga, karena belum tahu bisa diterima atau tidak, bukan?" papar Tetsuhiro Muto, Walikota Mino, kepada pers beberapa waktu lalu. Peringatan penerimaan sebagai WCH dilakukan sebulan kemudian secara meriah di kota Mino.
Olehkarena kegembiraannya tersebut, Muto secara aktif kini mengembangkan budaya ini mulai dari kotanya ke berbagai kota lain, bekerjasama dengan berbagai perusahaan Jepang, agar semakin populer tidak hanya di Jepang tetapi juga dapat dikenal di dunia. tambahnya lagi.