TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fairmont Hotel Jakarta kedatangan tamu spesial, Sabtu 11 April lalu. Fairmont Jakarta menyambut pasangan suami-istri Doug dan Traci Langford.
Mereka memang bukan berstatus selebritas. Doug dan Traci adalah pasangan suami istri asal Kanada yang sedang menjalankan sebuah misi, yaitu "mencicipi" seluruh hotel-hotel mewah yang berada di bawah jaringan FRHI (Fairmont, Raffles dan Swissotel) di seluruh dunia.
Mereka memulai perjalanan tersebut pada Juli 2008 dari Kanada, negara mereka berasal sekaligus pusat FRHI.
Fairmont Hotel Jakarta yang baru beroperasi awal tahun ini adalah hotel FRHI ke-97 yang mereka kunjungi.
Setiba di hotel yang berlokasi di kawasan Senayan tersebut, pasangan ini langsung disambut oleh lantunan lagu dan tarian Kicir-Kicir dari Betawi. Mereka juga mendapatkan buah tangan berupa pakaian batik.
Pasangan Langford berada di Jakarta selama enam malam. Setelah menginap di Fairmont Jakarta selama tiga malam, Doug dan Traci berpindah ke Raffles Jakarta yang juga baru beroperasi awal Maret lalu untuk menghabiskan sisa waktu di Jakarta. Dari Jakarta, mereka bertolak ke Bali.
Selama berada di properti FRHI, orang tua dari dua anak yang telah dewasa ini memang selalu mendapat pelayanan khusus laiknya tamu VIP. Dijemput limosin hingga helikopter oleh pihak hotel bukan barang baru lagi bagi mereka.
Mulanya, perjalanan tersebut mereka biayai sendiri. Namun pihak FRHI akhirnya dengan senang hati mendukung perjalanan mereka setelah melihat loyalitas pasangan tersebut.
Namun bukan fasilitas mewah yang mereka cari. Di balik perjalanan mewah tersebut, tersimpan sebuah misi mulia.
Pasangan yang berwirausaha di bisnis kebugaran tersebut ingin mematahkan anggapan orang-orang yang khawatir berwisata ke negara-negara yang identik dengan konflik.
"Terkadang Anda hanya melihat dunia dari apa yang dikatakan orang kepada Anda atau berita yang Anda tonton atau baca. Semuanya berbau negatif. Padahal, aslinya tidak selalu begitu ketika Anda merasakannya langsung. Misi kami adalah memotivasi orang-orang agar tidak takut ber-traveling," kata Doug saat ditemui Tribunnews, Senin (13/4/2015).
Traci menambahkan, ketakutan seperti ini sangat umum di Amerika dan Kanada. Masyarakat di sana senangnya berlibur di daerah terdekat saja karena dirasa lebih aman.
"Sangat disayangkan jika tidak berwisata ke negara lain yang jauh dari rumah. Anda bakal melewatkan kesempatan untuk menikmati kebudayaan, keindahan alam di belahan lain dunia dan keramahan orang-orangnya," terang Traci.
Dengan traveling, wawasan akan keberagaman budaya semakin terbuka. Dari situ, Doug dan Traci belajar untuk tidak menghakimi kebudayaan yang dianut orang lain.
Di Jakarta, pasangan ini sempat mengisi akhir pekannya dengan bersepeda di kawasan Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
"Sangat menakjubkan! Melihat banyak orang berkerumun di jalan raya, berolahraga bersama, dan melakukan aktivitas lainnya. Saya belum pernah melihat seperti ini di negara-negara lain," cerita Doug.
Tiba di kawasan Thamrin, pasangan yang membagi cerita perjalanannya lewat media sosial itu melanjutkan perjalanan ke Museum Nasional dengan menumpangi andong. Adalah tipikal pasangan Langford mengunjungi tempat-tempat bersejarah saat berlibur ketimbang pusat perbelanjaan mewah.
Selain budayanya yang menarik, keramahan warga Jakarta juga membekas di hari Doug dan Traci.
"Ini bukan karena dalam rangka kami berada di Jakarta. Tapi orang-orang Jakarta adalah pribadi teramah yang pernah kami temui. Senyuman orang Jakarta selalu terlihat tulus," kata Doug tersenyum.
Saat berwisata, pasangan ini akan meninggalkan perangkat komunikasi di hotel. Mereka benar-benar ingin menikmati liburan mereka secara maksimal tanpa diganggu urusan pekerjaan.
Doug dan Traci juga tidak takut kesasar. Menurut mereka, sensasi berlibur baru terasa ketika seseorang berada di situasi tersebut.
"Banyak pengalaman unik yang kami rasakan ketika tersasar. That's the glory of traveling!" kata Traci. (Daniel Ngantung)