Tribunnews.com - Simak pengalaman pakar kuliner Bondan Winarno di Eat Republic. Ada bebek kremes, lantas lontong sayur medan dipadukan dengan es selendang mayang.
"Lontong medan dengan bahan dasar beras ini direbus dengan cara dibungkus daun pisang. Cita rasanya tinggi dan lebih enak dibandingkan lontong daerah lainnya," kata Bondan pada acara pembukaan Eat Republic di kawasan Central Business District (CBD) South City, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (23/4/2015).
Eat Republic, oleh pengembang Wiraland Property Group diklaim sebagai sebuah pusat kuliner terbesar di selatan Jakarta yang menyajikan 90 persen menu Nusantara dan sisanya menu Asia.
Marketing Communications Wiraland Property Group, Anke Dwi Saputro, memberikan alasan mengapa Eat Republic disebut pusat kuliner terbesar di selatan Jakarta. "Ada 700 menu tersedia di sini. Tempat parkir juga luas, mampu menampung sekitar 500 mobil," katanya.
Luas Wiraland Property di Pondok Cabe sebesar 63 hektar dan satu hektar khusus untuk mendirikan Eat Republic. Eat Republic merupakan sebuah destinasi wisata kuliner. "Bukan saja jual makanan tetapi juga memberikan pengalaman menarik bagi pengunjung. Suasananya beda, unik, perasaan aman dan menyenangkan dibandingkan tempat makan atau food court lainnya. Pengunjung akan dihibur live music dari berbagai band, mulai pop, country, slow rock sampai jazz," katanya.
Menurut Bondan, Eat Republic memang didesain oleh Wiraland sebagai sebuah destinasi wisata di selatan Jakarta dengan kuliner sebagai daya tarik wisata. Dia mengakui terobosan Wiraland ini sebagai salah satu upaya untuk menghadirkan masakan Nusantara agar dikenal lebih luas lagi. Menunya variatif sehingga pengunjung memiliki banyak pilihan. "Kalau tidak dilestarikan seperti ini, lama-lama kuliner asli Indonesia bisa hilang," katanya.
Selain itu, lanjut Bondan, Eat Republic ini ibarat living room. "Kalau di rumah kan tempat duduk terbatas. Nah, kalau ada keluarga atau tamu datang, maka tempat ini sangat cocok sebagai ajang kumpul sambil makan bersama keluarga atau teman," katanya.
Bondan memaparkan, alasan lainnya sustainable dan konsep green alias tidak membuat macet. "Sustainable karena dengan bertambahnya pengunjung yang mampir akan menghidupi 70 pedagang yang ada di Eat Republic. Lebih penting lagi, pengunjung tak perlu jauh-jauh membuang bensin untuk mencari tempat makan enak. Anda cukup jalan kaki atau bersepeda sudah sampai di sini. Kalau Jakarta miliki banyak tempat nyaman seperti ini, dijamin tak akan macet," paparnya.
Berbicara mengenai karyawan, General Manager Eat Republic, Agus Saepudin menjelaskan jumlah karyawan sebanyak 290 orang yang berdomisili di sekitar Pondok Cabe dan Cinere. "Kami memang sengaja memperkerjakan karyawan dan karyawati yang berasal dari wilayah sekitar tempat kami karena kami ingin memberdayakan mereka," katanya.
Sebagai tempat nongkrong, Eat Republic, tambah Agus, juga menyediakan wifi berkecepatan tinggi di 20 titik. Pasalnya sebagai destinasi wisata, Eat Republic menyediakan tempat pameran, seminar atau talkshow, kumpul komunitas, tempat kerja dan ruang rapat.
Menyinggung soal harga makanan, Agus mengatakan bervariasi. "Ada makanan sehaga Rp 15.000, Rp 25.000 hingga Rp 45.000. Kalau untuk minuman, tempat kami lebih murah dibandingkan tempat lain," tambah Agus. (I Made Asdhiana)