TRIBUNNEWS.COM - Budaya orang Indonesia adalah budaya makan. Bagaimana kita dapat mengetahuinya? Coba cek jejaring sosial masing-masing. Mungkin kebanyakan dari kolega Anda sedang sibuk update status di jejaring sosial mereka dengan jajanan baru yang baru mereka temui.
Bisa jadi berupa nasi goreng hangat dari gerobak yang dimasak oleh abang-abang yang sudah hafal pesanan pelanggan dari luar kepalanya sendiri atau ragam kuliner asing yang terlihat unik yang disiapkan dari dapur internasional di dalam pusat perbelanjaan.
Keaneka-ragaman ini pula yang membuat perhelatan EATJKT kembali hadir tahun ini. EATJKT 2015 diselenggarakan oleh Qraved, portal kuliner serta situs reservasi restoran di Jakarta. EATJKT 2015 adalah event 30 hari dengan partisipasi 100 kios makan di kota Jakarta yang akan memberikan promo spesial kepada para pelanggan. EATJKT 2015 mulai dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2015.
Nasi uduk khas Betawi
Mulai dari makanan fusion, western, hingga masakan khas Indonesia, 100 restoran yang berpartisipasi siap mengangkat wajah Jakarta yang sudah terkenal dengan kulinernya yang beragam. Beberapa di antaranya adalah Potato Head, Altitude, Riva, Mama Rosy, Cafe Sirih Resto dan masih banyak lagi.
Inisiatif kuliner ini tidak hanya memuat nama restoran-restoran yang populer di Jakarta, namun juga mendukung usaha pemasok bahan baku lokal ke dalam restoran.
“Dengan misi untuk mendukung para pemasok lokal, kami menggunakan bahan mentah dan rempah yang dibiakkan dan dijual di Indonesia. Kami percaya kunci dari makanan yang lezat di tiap restoran adalah bahan segar,” ungkap Janne Mulia dari IND.USTRIE, salah satu kafe partisipan EATJKT 2015, seperti termuat dalam siaran pers.
Dengan semangat mengangkat wajah kuliner kota Jakarta, EATJKT juga berharap Jakarta akan lebih dikenal menjadi ibukota kuliner yang tidak kalah bersaing dengan negara-negara lainnya. Hal ini juga positif ditanggapi dengan beberapa peserta yang melihat perkembangan pesat kuliner di Jakarta dan beraneka ragam penduduknya.
“Jakarta adalah Jantung Indonesia. Dikenal sebagai metropolitan, kota ini menyerap segala macam budaya dan segmen.” tambah Janne.
Sedangkan pemilik dari Oasis Grand Rijstaffel Heritage Restaurant, James Edward de Reve menyatakan berapa beruntungnya ia karena berkesempatan tinggal di kota seunik Jakarta. “Jakarta ada kota yang dipenuh oleh banyak pengaruh baik dari dalam negeri maupun seputaran dunia. Di bisnis kami, kami melayani mereka yang banyak gerak di kota ini,” ungkapnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai informasi acara ini, bisa langsung mengunjungi situs resmi EATJKT 2015 dan akun resmi Qraved di Twitter maupun Instagram. (*)
Budaya orang Indonesia adalah budaya makan. Bagaimana kita dapat mengetahuinya? Coba cek jejaring sosial masing-masing. Mungkin ada kebanyakan dari kolega Anda sedang sibuk mengupdate status Path mereka dengan jajanan baru yang baru mereka temui.
Baik di nasi goreng hangat dari gerobak yang dimasak oleh abang-abang yang sudah hafal pesanan pelanggan dari luar kepalanya sendiri, atau pula ragam kuliner asing yang terlihat unik yang disiapkan dari dapur internasional di dalam pusat perbelanjaan.
Keaneka-ragaman ini pula yang membuat perhelatan EATJKT menuai sukses tahun kemarin.
Akhirnya, event kuliner akbar yang ditunggu-tunggu akan menyapa kembali. Apa lagi kalau bukan EATJKT 2015 yang diselenggarakan oleh Qraved, portal berita kuliner modern serta situs reservasi restoran di Jakarta. EATJKT 2015 adalah event 30 hari dimana 100 kios makan di kota Jakarta akan memberikan deal yang mantap kepada para pelanggan. EATJKT 2015 mulai dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2015.
Mulai dari makanan fusion, western hingga masakan khas Indonesia, 100 restoran yang berpartisipasi siap mengangkat wajah Jakarta yang sudah terkenal dengan kulinernya yang beragam. Beberapa diantaranya adalah Potato Head, Altitude, Riva, Mama Rosy, Cafe Sirih Resto dan masih banyak lagi.
Agar Bahan Lokal Tembus Restoran
Inisiatif kuliner ini tidak hanya memuat nama restoran-restoran yang populer di Jakarta sebut saja, namun juga mendukung usaha pemasok bahan baku lokal ke dalam restoran.
“Dengan misi untuk mendukung para pemasok lokal, kami menggunakan bahan mentah dan rempah yang dibiakkan dan dijual di Indonesia. Kami percaya kunci dari makanan yang lezat di tiap restoran adalah bahan segar,” begitu ujar Janne Mulia dari IND.USTRIE, salah satu kafe partisipan EATJKT 2015.
Kerak telor khas Betawi
Dengan semangat mengangkat wajah kuliner kota Jakarta, EATJKT juga berharap Jakarta akan lebih dikenal menjadi ibukota kuliner yang tidak kalah bersaing dengan negara-negara lainnya. Hal ini juga positif ditanggapi dengan beberapa peserta yang melihat perkembangan pesat kuliner di Jakarta dan beraneka ragam penduduknya yang penuh personaliti.
“Jakarta adalah Jantung Indonesia. Dikenal sebagai metropolitan, kota ini menyerap segala macam budaya dan segmen.” tambah Janne. Sedangkan pemilik dari Oasis Grand Rijstaffel Heritage Restaurant, James Edward de Reve menyatakan berapa beruntungnya ia karena berkesempatan tinggal di kota seunik Jakarta. “Jakarta ada kota yang dipenuh oleh banyak pengaruh baik dari dalam negeri maupun seputaran dunia. Di bisnis kami, kami melayani mereka yang banyak gerak di kota ini.” (Ni Luh Made Pertiwi)