Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Budhi Hartono
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Masjid Shiratal Mustaqiem di Samarinda, tercatat sebagai tempat ibadah tertua di kota tersebut.
Usianya kini sudah sekitar 130 tahun lebih.
Masjid yang menyimpan kitab Al Quran, berusia 400 tahunan, ini berstatus cagar budaya yang dilindungi pemerintah.
Tampak bangunan Masjid memang sederhana, terbuat dari kayu jenis ulin.
Kayu ulin dikenal sebagai kayu yang memiliki ketahanan terhadap segala macam cuaca.
Interior dalam masjid. (Tribun Kaltim/Budhi Hartono)
Di atas lahan seluas 4000 meter persegi, Masjid Shiratal Mustaqiem hanya berukuran 28x28 meter persegi.
Masjid yang berlokasi di Jalan Pangeran Bendahara Rt.07 Nomor. 20, Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Provinsi Kaltim.
Memiliki pelataran yang dibatasi dikelilingi pagar terbuat dari kayu.
Masjid berwarna dominan hijau dipadu warna kuning, menghiasi seluruh bangunan tua yang bersejarah.
Gaya arsitektural Masjid Shiratal Mustaqiem model bangunan kuno berbentuk segi empat.
Atap bangunan Masjid berbentuk limas yang tediri empat susun.
Dari 4000 meter persegi, areal Masjid Shiratal Mustaqim hanya 2.028 meter persegi.
Ruang utama sekitar 418 meter persegi memiliki sudut ruang serambi depan dan sebelah kanan.
Masjid ini didirikan pada tahun 1881. (Tribun Kaltim/Budhi Hartono)
Masjid yang didirikan Habib Abdurahman bin Muhammad Asseggaff yang bergelar Pangeran Bendahara dibangun pada tahun 1881 masehi.
Ia dikenal sebagai bangsawan keturunan Arab sebagai pedagang dari Pontianak, (Kalimantan Barat).
Masjid ini memiliki dua daun jendela berbentuk segi empat, dilengkapi dengan mihrab dan mimbar khotib dengan bahan kayu.
Untuk menara Masjid Shiratal Mustaqiem, unik dan berbeda dengan masjid lainnya.
Menara setinggi 21 meter, terdapat balkon terbuka.
Bentuk puncak atap menara, tidak menggunakan bentuk segi empat melainkan berbentuk pola oval.
Pintu masuk Masjid pun terbuat dari kayu.
Termasuk tiang penyangga atau empat soko guru.
Semua serba kayu, tanpa menggunakan bahan batu ataupun semen.
Kecuali, tempat untuk berwudhu yang sudah menggunakan keramik.
Untuk mihrabnya (ruang untuk imam solat) terlihat sederhana.
Lebarnya sekitar 3 meter x 4 meter dan terdapat tulisan kaligrafi arab dan ukiran khas Samarinda.
Di luar Masjid, tersedia tempat wudhu yang bersumber dari mata air.
Meski sudah tidak digunakan, tempat wudhu berukuran 3 meter x 4 meter, dipagari kayu di sisi kanan dan kirinya.
Pengurus Masjid Shiratal Mustaqiem, Ishak Ismail mengungkapkan, empat tiang utama di cat warna dominan kuning dan hijau.
Tiang soko guru itu didatangkan dari berbagai daerah.
Menurut cerita, masing-masing tiang disumbangkan dari warga Loa Haur (Gunung Lipan), Gunung Dondang di Samboja, dan Petta Loloncang dari Gunung Salo Tireng (Sungai Tiram) dan dari Sungai Karang.
"Proses penyelesaian pembangunan Masjid sekitar sepuluh tahun," kata Ishak, takmir Masjid Shiratal Mustaqim, di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Minggu (31/5/2015).
Di atas karpet, berjajar 12 tiang penopang atau penyangga yang menyatu dengan atap langit ruang utama.
Atap ruang utama terlihat sederhana. Terbuat dari kayu berukuran 10 sentimeter berjajar lurus, dengan atap tengahnya, dicat warna putih polos.
Latar berdirinya Masjid Shiratal Mustaqiem, karena Habib Abdurahman bin Muhammad Asseggaff prihatin dengan lingkungan yang dijadikan tempat arena perjudian.
Habib ingin lingkungannya lebih baik.
"Menurut kisahnya, dulu tempat perjudian sabung ayam dan malamnya judi dadu. Habib Abdurahman, tergerak hati untuk membangun sebuah masjid," tutur Ishak.
Sang pendiri yang dijuluki Pangeran Bendahara, mendapat ijin dari Sultan Aji Muhammad Sulaiman Ing Martadipura, yang saat itu menjabat Raja Kutai ke 18.
Ia akhirnya membangun Masjid yang semula bernama Masjid Jami Shiratal Mustaqim (kembali ke jalan lurus yang benar).
Alquran tua yang diyakini sudah berusia 400 tahun. (Tribun Kaltim/Budhi Hartono)
Masjid Shiratal Mustaqiem juga menyimpan Kitab Al Quran tertua. Ishak Ismail memperkirakan kitab suci Al Quran yang disimpan berusia 400 tahun lebih.
"Al Quran itu sudah berusia 400 tahun pada tahun 1970an. Memang dalam sejarah, ada persamaan perkembangan Islam di Kalimantan Timur pada tahun 1575 masehi," tuturnya.
Al Quran tersebut, ditulis dengan buah tangan.
Sampul depan kitab terlihat adanya kulit berwarna coklat hitam. Ketebalannya kitab ini, sekitar 10 sentimeter, terdapat coretan tinta pada bagian tumpukan lembar luar.
Diperkirakan kitab Al Quran itu menggunakan kertas yang berasal dari negara Eropa.
Kini kitab Al Quran itu dijaga dan dirawat dengan menggunakan sebuah kota berkaca. Pengunjung bisa melihat secara dekat dari luar kaca saja.
Masjid Shiratal Mustaqim terletak di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Untuk mencapainya dari pusat Kota Samarinda, harus menyeberangi Sungai Mahakam melalui Jembatan Mahakam sepanjang 5 kilometer.
Jarak dari terminal Samarinda Seberang sekitar 2 kilometer.
Masjid Shiratal Mustaqim di Samarinda :
- Luas lahan : 4000 meter persegi
- Luas Bangunan Utama : 28 x 28 meter
- Memiliki 4 Tiang Utama dan 12 Tiang Penyangga
- Alamat : Jalan Pangeran Bendahara, RT 07 No. 20, Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang.
Usia Al Quran : Sekitar 400 tahun lebih, tulisan tangan