Di sini juga ada berbagai peralatan memasak dan makan yang dipakai para pejuang dulu saat bergerilya.
Ada juga beberapa kamera zaman dulu, tas, radio, dan mesin ketik yang dulu kerap dipakai para pejuang untuk berbagai keperluan memperebutkan kemerdekaan.
Masuk lagi ke bagian belakang, ada replika pembuatan senjata tajam dan pistol milik para pejuang.
Replikanya dilengkapi patung si pembuat senjatanya.
Menurut penjaga museum ini, Usin, replika itu dibuat di Yogyakarta.
Sementara benda-benda bersejarah lainnya sengaja dikumpulkan dari keluarga para pejuang itu yang tersebar di beberapa daerah di Kalsel.
Baju perang warga Banjar di Museum Wasaka. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Museum ini diresmikan pada 10 November 1991 oleh Gubernur Kalimantan Selatan kala itu, HM Said.
Uniknya museum ini, berbentuk rumah tradisional Banjar serupa rumah panggung, yaitu Bubungan Tinggi.
Bangunan ini tidak dengan sengaja dibuat untuk dijadikan museum, tetapi memang sudah ada sejak lama.
Dulu, rumah ini milik warga setempat yang kemudian dibeli oleh Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan.
Pemiliknya dulu adalah sepasang suami istri bernama H Jailani dan Hj Kamsiah.
Rumah ini tergolong spesial karena bertipe Bubungan Tinggi.
Di masa lalu, rumah tipe ini hanya untuk para bangsawan atau orang-orang kaya.
Usin yang masih keturunan dari H Jailani bercerita kalau ayahnya adalah cicit dari H Jailani.