Laporan Reporter Tribun Jogja/Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Dalam bahasa Jawa, slenget berarti menyambar.
Kata tersebut yang digunakan oleh Mustanir (46) untuk menamai olahan daging entok yang dia jual.
Dipilihnya kata tersebut, karena olahan entok yang dijual sejak akhir 2006 tersebut sangat pedas seperti menyambar lidah setiap penikmatnya.
Di sebuah warung sederhana yang terletak di Pasar Pules, dusun Pules Lor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY, Mustanir menjajakan olahan daging entok, yang dia beri nama Entok Slenget Kang Tanir.
Meski letaknya yang cukup jauh dari pusat Kota Yogykarta, tempat tersebut selalu ramai dikunjungi karena kelezatan menu yang disajikan.
Bangunan sederhana seluas 5x6 meter selalu penuh sesak oleh pengunjung yang antre ingin mencoba Entok Slenget Buatan Kang Tanir.
Dikatakan Kang Tanir, ide awal dia membuka usaha entok slenget karena memang dia gemar memasak.
"Dulu bersama teman-teman saya sering masak. Dan ada beberapa teman yang mendorong saya untuk membuka usaha tempat makan," ujarnya.
Akhirnya dia memutuskan untuk membuka tempat makan olahan daging entok, karena di Yogykarta sendiri masih jarang yang menjual masakan daging entok.
Entok Slenget Kang Tanir Sleman, di Pasar Pules, dusun Pules Lor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Entok slenget sendiri masakan sejenis tongseng dengan kuah berwarna kecoklatan.
Ketika pertama kali mencicipi masakan ini, rasa pedas dari cabai rawit dan merica akan sangat dominan.
Jika kebanyakan olahan entok dagingnnya akan terasa alot, dimasakan Kang Tanir ini dagingnya cukup empuk.
Hal lain yang spesial dari masakan Kang Tanir ini adalah daging entok yang tidak berasa amis.
"Daging yang tidak amis adalah salah satu hal yang membuat banyak orang suka dengan masakan saya ini. Ada cara pengolahan tertentu yang membuat entok di sini tidak terasa amis," ujar Kang Tanir.
Sebelum disajikan ke para pelanggannya, entok dimasak sebanyak dua kali.
Proses pemasakan pertama entok direbus selama 1,5 jam bersama bumbu-bumbu untuk membuat dagingnya empuk.
Proses yang kedua, daging entok yang telah dipotong kecil-kecil dimasak dengan bumbu utama berupa bawang merah, bawang putih, kemiri, dan hasil ulekan cabai rawit dan merica, serta ditambah kecap.
Untuk rasa pedasnya bisa disesuaikan dengan selera pelanggan.
Umunya yang datang ke Entok Slenget Kang Tanir ingin menikmati sensai pedasnya daging entok.
Entok Slenget disajikan bersama dengan irisan mentimun dan kubis/ kol segar, dan nasi putih hangat yang diletakan dalam bakul bambu.
Proses memasak Entok Slengket Kang Tanir. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Seluruh proses memasak daging entok masih menggunakan cara tradisional.
Untuk merebus daging entok menggunakan kayu bakar.
Sedangkan dalam proses pemasakan kedua sebelum disajikan ke pelanggan menggunakan tungku tanah liat dengan bahan bakarnya berupa arang.
Dalam sehari Kang Tanir menghabiskan 12 hingga 15 ekor entok.
Setiap ekornya menghasilkan 13 hingga 15 porsi hidangan entok slenget.
Selain daging pengunjung juga bisa memesan balungan dan jeroan entok.
Entok Slengket Kang Tanir. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Setiap harinya warung milik Kang Tanir ini buka dari pukul 16.00 hingga habis.
Jika Anda ingin mencicipi sensasi entok slenget, sebaiknya jangan datang terlalu malam.
Karena rata-rata tiap malamnya pada pukul 20.00 dagangan Kang Tanir sudah ludes terjual, terlebih pada hari libur.
Untuk setiap porsi entok slenget yang sudah termasuk nasi dan minumnya dihargai Rp 20 ribu.
Dito (26) salah satu pengunjung Entok Slenget Kang Tanir mengatakan, daging entok olahan Kang Tanir berbeda dengan olahan di tempat lain.
Selain rasa pedas yang segar dia juga tidak merasakan rasa amis dari daging entok.
"Sebelumnya saya pernah mencoba masakan daging entok dan rasanya sangat amis, tetapi di sini tidak. Saya tadi sempat khawatir jika masakan di sini juga akan terasa amis, ternyata tidak amis sama sekali. Dan juga dagingnya cukup empuk" ungkap pria yang baru pertama kali mendatangi tempat makan tersebut.
Meskipun berada cukup jauh dari pusat Kota Yogyakarta, tetapi untuk mencapai tempat makan tersebut tidak lah terlalu sulit.
Warung Entok Slenget Kang Tanir Sleman, di Pasar Pules, dusun Pules Lor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY. (Tribun Jogja/Hamim Thohari)
Jika Anda dari kawasan Tugu Yogyakarta, bisa mengarahakan perjalanan ke utara hingga menemukan jalan Palagan Tentara Pelajar.
Sesampainya di jalan tersebut Anda masih terus ke utara hingga sampai di perempatan Pulo Watu.
Di sana Anda teruskan perjalanan melewati Jalan Pakem-Turi menuju pasar Pules.
Dari Pulo Watu menuju Pasar Pules, jaraknya sekitar 3 kilometer.