Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina S
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Kota Denpasar punya banyak pilihan tempat wisata yang mudah dijangkau dan memiliki unsur edukasi.
Selain museum, satu di antaranya adalah Puri Agung Jro Kuta.
Berdiri sejak abad ke-18 Masehi, Puri Agung Jro Kuta hingga kini masih tampak kokoh dan menjadi satu di antara bangunan bersejarah di Kota Denpasar.
Letaknya yang berada di Jalan Soetomo No 38 Denpasar, Bali, dapat ditempuh dalam jarak satu kilometer dari pusat kota Denpasar.
Saat ini, Puri yang dihuni delapan unit Kepala Keluarga yang merupakan keturunan langsung dari Raja, ini menjadi destinasi city tour yang dicanangkan Pemerintah Kota Denpasar.
Dikelilingi oleh pohon-pohon yang masih cukup rindang di area halaman, tempat ini bisa menjadi alternatif wisata santai tapi cukup memberikan edukasi.
“Sebenarnya sudah ada wacana dari dulu, sekitar 10 tahun yang lalu, oleh wali kota terdahulu. Namun tertunda, hingga dilanjutkan wali kota sekarang, Pak Rai Mantra,” ujar Manu Raditya, satu di antara penghuni Puri Jro Kuta.
Rekam jejak yang menjadi bagian dari sejarah Puri Jro Kuta pun masih tampak hingga saat ini.
Aktivitas membuat sesajen di Puri Jro Kuta. (Tribun Bali/Cisilia)
Walaupun dilakukan beberapa pemugaran untuk bagian-bagian yang sudah benar-benar rusak, dari segi tata letaknya, masih dipertahankan seperti awal didirikan.
Kawasan Puri Jro Kuta, tempat ini terbagi menjadi empat area utama.
Yakni, pintu masuk ke area Puri yang diberi nama Jaba Ancak Saji kemudian pintu masuk ke halaman dua Puri, yakni Jaba Tengah.
Bagian berikutnya, Jaba Tandeng atau tempat digelarnya pertunjukkan kesenian.
“Di area Jaba Tandeng ini juga dulunya dipergunakan sebagai ruang tamu raja. Sementara sekarang untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan,” ujar pria yang akrab disapa Turah Manu ini.
Kemudian, memasuki area Saren (tempat tinggal) Agung.
Untuk Saren Agung ini, dibagi menjadi enam saren.
Antara lain, Saren Room, Saren Dauh, Gedong, Saren Dangin, Saren Kelod, dan Saren Pemiosan khusus bagi pendeta.
Selain keempat area tadi, ada juga Suci, tempat persiapan sarana dan prasarana untuk upacara keagamaan.
Rekam jejak yang menjadi bagian dari sejarah Puri Jro Kuta pun masih tampak hingga saat ini. (Tribun Bali/Cisilia)
Terbagi menjadi empat bagian, Suci ini terdiri dari area Puaregan atau dapur, Bale Kembar, Gedong dan Bale Penetegan.
Sementara itu, tempat dilakukannya persembahyangan disebut Merajan Agung.
Ini merupakan area khusus yang tidak bisa dimasuki secara sembarang oleh para wisatawan, karena di sinilah tempat sakral untuk melakukan persembahyangan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta para leluhur.
“Khusus untuk area sini, para wisatawan tidak boleh masuk. Hanya bisa melihat-lihat sebatas area Suci saja,” tambah Turah Manu.
Masih sepi
Hingga saat ini, Puri Jro Kuta masih tergolong sepi dari para wisatawan.
Turah Manu mengharapkan dengan adanya program city tour tersebut, akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke sini.
“Dulu, cukup banyak wisatawan datang ke sini, tapi sekarang ini sepi. Semoga ke depannya akan banyak yang datang ke sini,” paparnya.